Scroll untuk membaca artikel
Eliza Gusmeri
Sabtu, 22 Oktober 2022 | 19:14 WIB
Cerita Pemungut Sampah Laut di Tanjunguma, Berharap Upah Layak Sejak Belasan Tahun Bekerja
Muhammad Yamin (37) dan Raja Asri (39) dua anggota satgas pasang surut yang telah bekerja sebagai pemungut sampah khusus wilayah pesisir Tanjung Uma Batam (suara.com/partahi)

Param menilai sampah di laut tempat biasa ia dan Raja bersihkan tampaknya sulit untuk habis, karena sampah itu datang bersama air pasang, dan disaat air surut sampah-sampah akan mengendap.

Tidak sampai di sana, pekerjaan Param dan Raja akan berlipat ganda kala masuk di musim Utara, angin kencang beserta arus turut membawa sampah yang tidak diketahui darimana asalnya.

"Sampah ini kan bukan murni dari warga, walaupun memang ada juga yang buang ke laut, ini juga datang dari sana (Pasar TOS 3000 dan Pasar Induk Jodoh). Pengaruh air naik juga, apalagi musim Utara, pas bulan Oktober sampai Februari. Sampah jauh lebih banyak, 20 kantong yang biasa, bisa jadi lebih. Bisa sampai 60 kantong," terangnya sembari melihat pesan yang masuk melalui handphone miliknya.

Param bercerita, dulu Satgas Pasang Surut pernah menggunakan perahu untuk mengangkut sampah di laut.

Baca Juga: Atasi Masalah Sampah, Pemkot Ternate Distribusikan Kendaraan Roda Tiga untuk Tiga Kecamatan

Namun, di 2015, perahu itu rusak dan tak lagi bisa diperbaiki, dan saat ini ia hanya memungut sampah di pinggiran dengan alat seadanya.

"Pompong yang kayu rusak, jadi yang bisa kita jangkau saja. Saya sudah ajukan lagi yang fiber, ke Kecamatan hingga DLH tapi tak ada dapat. Dulu pompong itu dulu untuk keliling laut Harbour Bay sampai Batu Ampar, 2011 sampai 2015. Anggaran perawatan ada. Diperbaiki rusak, perbaiki dempul dan cat saja. Boat speed aja. Mesin sudah ada," katanya dengan penuh harap.

Permasalahan sampah juga ada di Kampung Agas RW 04, Kelurahan Tanjung Uma, Kecamatan Lubuk Baja. Nasib berbeda meski satu Kelurahan.

Berbeda dengan RW 08, sampah di RW 04 hingga saat ini tidak ada yang mengurusi, dan kondisi sampah kini dibiarkan mengendap, serta mengeluarkan bau tak sedap.

Disinggung mengenai hal ini, Param mengatakan, RW 04 bukanlah tanggung jawab mereka, meski lokasinya tak begitu jauh dengan wilayah kerja Param dan Raja, RW 04 tidak masuk dalam wilayah yang harus dibersihkan Satgas Pasang Surut.

Baca Juga: Dua Pekerja PT Marcopollo Batam Meninggal karena Kecelakaan Kerja, Diduga Terkena Ledakan

"Wilayah kerja kami sini saja. Kalau di sana bukan wilayah kita, bawah kolong rumah orang macam mana hendak ngambil. RW 04 dari dulu tak pernah diangkut, di sini tiap hari diambil," katanya sembari mengelap butiran keringat di wajahnya.

Sebelas tahun sudah ia menjalani pekerjaan sebagai Satgas Pasang Surut, berbagai suka dan duka telah mereka lewati, tapi menurut Param, lebih banyak sukanya.

"Ada juga yang tak sedap, macam orang buang sampah pas petugas lagi mungut. Lagi sedap kerja warga buang sampah, macam mana tak marah. Bertekakklah, sampai saya bilang, ‘abang punya otak, tak?’ Mohon maaf. Kadang sudah saya laporkan, orang kita juga," katanya dengan nada kesal.

Di lokasi tempat keduanya mencari nafkah itu rencananya akan dibangun Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) oleh Badan Pengusaha (BP) Batam.

Berdasarkan data yang diperoleh dari BP Batam, tidak hanya Tanjung Uma, untuk Kota Batam sendiri rencananya akan dibangun tujuh titik pembangunan IPAL.

Namun Hal ini justru menimbulkan kekhawatiran bagi Param dan Raja, mereka khawatir, lapangan pekerjaan mereka akan hilang, karena tidak ada lagi sampah laut yang akan mereka bersihkan.

"Harapannya kalau benar IPAL itu dibangun, kalau sampah bekurang Alhamdulillah. Tapi jangan sampai tak ada sampah, kami diputuskan kerja, saya dari 2012 kerja banting tulang, jangan pulak bersih saya dibuang," cemasnya.

Load More