SuaraBatam.id - Orang-orang yang berada dalam hubungan tidak sehat dan cenderung kasar mungkin bertanya-tanya apakah hubungan mereka dapat diselamatkan setelah terjadi kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).
Korban mungkin mempertahankan hubungan dengan harapan pelaku akan berubah, namun ada kalanya korban hanya bisa terus kecewa ketika kekerasan itu terjadi lagi.
Sebelum mengetahui apakah suatu hubungan dapat diselamatkan setelah terjadi KDRT, penting untuk mengetahui inti masalahnya.
KDRT adalah masalah besar karena memiliki konsekuensi yang signifikan yakni bisa sampai ke tahap kematian.
Baca Juga: Isa Zega Temui Rizky Billar dan Lesti Kejora di Polres Jaksel: Mereka Akur
Menurut penelitian, 1 dari 4 wanita dan 1 dari 7 pria menjadi korban kekerasan fisik di tangan pasangan mereka selama hidup.
Sementara pelecehan fisik mungkin yang paling sering terlintas dalam pikiran ketika memikirkan KDRT, padahal ada bentuk pelecehan lain dalam hubungan intim, termasuk pelecehan seksual, pelecehan emosional, pelecehan ekonomi, dan penguntitan.
Semua penyalahgunaan ini dapat memiliki konsekuensi negatif yang serius.
Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang menyaksikan KDRT menderita kerusakan emosional, dan mereka juga dapat menjadi korban kekerasan itu sendiri.
Namun beberapa korban mungkin memilih untuk tetap tinggal atau memilih kembali setelah terjadi KDRT karena mereka percaya ada solusi untuk pertanyaan, 'Dapatkah suatu hubungan diselamatkan setelah KDRT?'
Baca Juga: Rizky Billar Tak Bisa Langsung Bebas Gitu Saja Meski Lesti Kejora Cabut Laporan, Polisi Ada Aturan
Beberapa orang mungkin benar-benar bertahan dalam hubungan demi anak-anak karena korban mungkin menginginkan anak-anak dibesarkan di rumah bersama kedua orang tuanya.
Alasan lain yang membuat korban bertahan di antaranya takut bagaimana pelaku akan bereaksi jika mereka pergi, kekhawatiran menjalani hidup sendiri.
Bisa juga karena ia menormalisasi kekerasan, karena menyaksikannya sebagai seorang anak, merasa malu mengakui hubungan itu kasar, pelaku mengintimidasi untuk tetap tinggal atau berdamai, dengan mengancam kekerasan atau memeras.
Alasan lain, ia merasa harga dirinya berkurang atau keyakinan bahwa KDRT itu adalah kesalahan mereka, rasa cinta kepada pelaku, ketergantungan pada pelaku.
Juga faktor budaya, seperti keyakinan agama yang tidak menyukai perceraian, serta ketidakmampuan untuk menghidupi diri sendiri secara finansial.
Mengenai persoalan suatu hubungan bisa diselamatkan setelah KDRT, para ahli cenderung percaya bahwa KDRT biasanya tidak menjadi lebih baik.
Mereka tidak mencari solusi untuk kekhawatiran 'Dapatkah suatu hubungan diselamatkan setelah KDRT' karena para korban membuat rencana keamanan untuk meninggalkan hubungan tersebut.
Yang lain memperingatkan KDRT bersifat siklus, yang berarti itu adalah pola kekerasan yang berulang. Siklus dimulai dengan ancaman bahaya dari pelaku, diikuti oleh ledakan kekerasan di mana pelaku secara fisik atau verbal menyerang korban.
Setelah itu, pelaku akan mengungkapkan penyesalan, berjanji untuk berubah, dan bahkan mungkin menawarkan hadiah.
Artinya, jika memilih kembali setelah KDRT, pelaku kekerasan mungkin berjanji untuk berubah, tetapi ada kemungkinan mengalami kembali ke siklus KDRT yang sama.
Meskipun terjebak dalam lingkaran KDRT adalah kenyataan bagi banyak korban, ini tidak berarti tetap bersama setelah KDRT tidak mungkin dilakukan dalam setiap situasi.
Misalnya, terkadang kekerasan dalam rumah tangga begitu parah dan berbahaya bagi korban sehingga tidak ada pilihan selain pergi.
Namun, ada situasi lain di mana mungkin ada satu tindakan kekerasan, dan dengan perawatan yang tepat dan dukungan masyarakat, para korban dapat pulih.
Kontributor : Maliana
Berita Terkait
-
Wajah Babak Belur Mirip Korban KDRT, Wika Salim Bingung Cari Penyebabnya
-
Kronologi Dugaan KDRT Paula Verhoeven oleh Baim Wong, Momen Prank sampai Lapor Polisi Diungkit Lagi
-
Muncul Dugaan Baim Wong Lakukan KDRT, Apa Saja Bentuk Kekerasan dalam Rumah Tangga?
-
Diungkap Ahli Forensik Digital, Ini 5 Fakta Dugaan Baim Wong Lakukan KDRT
-
Tanya Kasus Penyerangan Mapolres Tarakan, Jurnalis Malah Diancam Ajudan Panglima TNI: Ku Sikat Kau!
Terpopuler
- Ngaku Terima Royalti Rp50 Juta per Bulan dari Ari Lasso Tanpa Lewat WAMI, Ahmad Dhani Dicap Tak Sesuai Aturan
- Jadi Janda, Beda Cara Ayu Ting Ting dan Nikita Mirzani Penuhi Kebutuhan Biologis
- Jejak Digital Reza Gladys Plonga-plongo di Acara Feni Rose Viral: Nikita Mirzani Harus Lihat Ini
- Bunda Corla Buka Tabiat Asli Agnez Mo, Bukan Sombong Seperti Kata Ahmad Dhani
- Dicecar 25 Pertanyaan di Mabes Polri, Firdaus Oiwobo Minta Maaf Soal Insiden Naik Meja di Ruang Sidang
Pilihan
-
Kerikil Itu Bernama Utang Sindikasi, Hingga Pabrik Legendaris Sritex Tutup Permanen
-
Menjelang Ramadan, Harga Cabai di Samarinda Meroket hingga Rp 100 Ribu per Kg
-
Potret Warga Berobat ke RS IKN, Bak Hotel Mewah dan Cepat Meski Pakai BPJS
-
Indonesia Gelap, Daftar Pabrik yang Bangkrut di Era Prabowo: Sritex, Sanken, PT GNI dan Yamaha
-
Elkan Baggott Menolak Dipanggil, 2 Alasan Timnas Indonesia Tak Perlu Khawatir
Terkini
-
BRI UMKM EXPO(RT) 2025: Tangkal Kawung Perkenalkan Gula Aren Inovatif untuk Pasar Lokal dan Global
-
Mengenal Songket PaSH: Transformasi Songket Palembang di BRI UMKM EXPO(RT) 2025 yang Go International
-
BRI Dukung Perkembangan UMKM Indonesia dan Meningkatkan Daya Saing
-
Beras SPHP Distop, Harga di Tanjungpinang Terancam Naik?
-
Waspada Buaya Lepas! Wisata Pantai Batam Diimbau Tingkatkan Keamanan Saat Liburan