Scroll untuk membaca artikel
Eliza Gusmeri
Rabu, 22 Juni 2022 | 16:15 WIB
Rida K Liamsi: Mahathir Mohamad Tak Punya Dasar Klaim Kepulauan Riau, Ini Fakta Sejarah yang Sebenarnya
Rida K Liamsi. (suara.com/ist)

Dikatakan Rida, sejarah yang ditulis dari sudut pandang penjajah Belanda dan Inggris dan bukan dari sudut pandang Indonesia.

Penulisan sejarah yang hanya mengakui eksistensi Kesultanan Riau itu sebagai bahagian sejarah Indonesia, mulai tahun 1824 sampai 1912 dan seterusnya sampai masa kemerdekaan Indonesia tahun 1945.

Itupun masih terus di obok-obok Belanda sampai tahun 1950, sebelum Belanda benar-benar angkat kaki dari Kepulauan Riau.

"Fakta sejarah mana yang bisa mengklaim Kepulauan Riau. Bukankah dari keturunan Raja Bintan lah (Sang Nila Utama dan Wan Seri Beni) adanya Raja Raja Melaka. Bukankah dahulu wilayah kekuasaan Sriwijaya dan Majapahit juga sampai ke tanah Semenanjung," tegas Rida.

Baca Juga: Kejati Riau Periksa Mantan Rektor UIN Suska Terkait Dugaan Korupsi BLU Ratusan Miliar Rupiah

Berterima Kasih pada Mahathir Mohamad

Mantan perdana menteri Malaysia Mahathir Mohamad melambaikan tangan saat meninggalkan Istana Negara di Kuala Lumpur, Malaysia, Senin (24/2).  [Mohd RASFAN / AFP]
Mantan perdana menteri Malaysia Mahathir Mohamad melambaikan tangan saat meninggalkan Istana Negara di Kuala Lumpur, Malaysia, Senin (24/2). [Mohd RASFAN / AFP]

Namun demikian, Rida menyampaikan ucapan terima kasih kepada Mahathir Mohamad karena telah membantu Indonesia untuk melawan lupa nya, dan agar tidak melalaikan kewajiban menjaga dan merawat jejak sejarahnya.

Selama ini, lanjut Rida, meskipun Kesultanan Riau yang jatuh bangun hampir 200 tahun itu dahulunya sudah menyumbang bahasa Melayu yang menjadi cikal bakal bahasa kebangsaan Indonesia dan tiga pahlawan nasional (Raja Haji Fisabillah, Raja Ali Haji dan Mahmud Riayat Syah) berasal dari era Kesultanan Riau.

"Tapi dalam buku sejarah nasional Indonesia, sejarah Kesultanan Riau itu cuma dicatat dalam satu dua alenia saja. Elit politik, termasuk para sejarawan Indonesia itu memang agak abai, dan baru terperanjat dan kelang kabut mencari jejak dan rujukan sejarah, ketika ada Tokong Pulau diklaim negara lain.

"Jadi tulis ulang lah buku sejarah nasional Indonesia itu. Pidato Dr M sebuah peringatan, bahwa sejarah itu penting. Tak ada masa depan kalau tak ada masa lalu. Dan masa lalu itu adalah sejarah," pungkas Rida yang merupakan anggota kehormatan Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI).

Baca Juga: Selundupkan 29 Kg Sabu dan Ekstasi dari Malaysia, Dua Warga Tanjung Balai Ditangkap

Sementara itu, Ketua Lembaga Adat Melayu (LAM) Provinsi Kepulauan Riau, Abdul Razak juga menyampaikan sejarahnya bahkan Malaysia dan Singapura masuk dalam wilayah Kerajaan Riau-Lingga yang saat ini berada di Indonesia.

"Namun dalam Traktat London 1824 itu terbagi lah dua kekuasaan jajahan antara Inggris dan Belanda. Sehingga Semenanjung Malaya dan Singapura dibawah kekuasaan Inggris, sedangkan Riau Kepulauan dan daerah yang berada di selatan Singapura jatuh ke tangan Belanda," ujarnya.

Dirinya, sedikit terkekeh (tertawa) mendegar ada yang mengklaim bahwa Kepulauan Riau masuk ke negara Malaysia. Dari sejarah dan faktanya, pusat kerajaan melayu berada di Kepulauan Riau.

Kontributor : Rico Barino

Load More