Scroll untuk membaca artikel
Eliza Gusmeri
Kamis, 23 September 2021 | 11:49 WIB
Stres dan Ingin Bunuh Diri, Ini Kisah Pria Afganistan Pencari Suaka di Pengungsian Batam
Pengungsi Afganistan yang mencari suaka di Batam (foto: partahi/suara.com)

SuaraBatam.id - Ali Akbar (24), seorang laki-laki asal Ghazni, Afganistan, yang saat ini sedang mencari suaka di Batam.

Bermula saat datang ke Batam pada tahun 2013, ia ditempatkan di pengungsian di Rumah Detensi Imigrasi, Sekupang, Batam, Kepulauan Riau.

Sudah 8 tahun ia tinggal di sana. Namun ia memberikan pengakuan bahwa selama tinggal di situ ia merasa stres dan pernah mencoba untuk bunuh diri.

"Hanya makan dan tidur, itu membuat saya stres karena 8 tahun terakhir ini saja aktifitas saya di Batam," terangnya, Kamis (23/8/2021).

Baca Juga: Merasa Jenuh? Yuk Kenali 5 Tanda Kamu Butuh Me Time!

Ali mengakui sudah dua kali melakukan percobaan bunuh diri.

Beruntungnya, kedua percobaan tersebut berhasil diketahui oleh rekannya sesama pengungsi yang bertahan di Rumah Detensi Sekupang.

"Terakhir saya meminum cairan sabun, tapi diketahui oleh teman-teman lain dan dibawa ke rumah sakit," paparnya.

Menunggu Janji UN Refugee Agency (UNHCR)

Ali, saat berdemontrasi bersama teman-temannya (foto: partahi/suara.com)

Adapun tindakan ini, diakuinya bukan tanpa alasan, di mana para pencari suaka ini masih menunggu janji UN Refugee Agency (UNHCR), yang akan mengurus kewarganegaraan baru bagi mereka.

Baca Juga: Distress Dapat Diatasi dengan Cara Praktis, Ini Buktinya

Dalam perjanjian tersebut, para pencari suaka ini hanya minta untuk difasilitasi agar dapat masuk ke empat Negara yakni Australia, Canada, Amerika, New Zealand.

"Karena kami ingin memulai lagi kehidupan kami di negara tersebut. Sampai sekarang janji tersebut tidak dapat terealisasi," ungkapnya.

Walau selama berada di pengungsian, para pencari suaka ini diberikan uang konsumsi dan tempat tinggal.

Namun menurut mereka hal ini tidak dapat mencegah kebosanan dalam menjalani kesehariannya.

"Kami tidak bisa bekerja, atau melakukan apapun selama di Batam. Anak-anak juga tidak bisa mengenyam pendidikan," tuturnya.

Salah satu pengungsi lain, Ishak Ali juga menyebutkan tingkat stres yang saat ini melanda para pencari suaka di Batam, telah menyebabkan kematian pada salah satu teman sekamarnya.

Load More