Scroll untuk membaca artikel
M Nurhadi
Senin, 16 Agustus 2021 | 16:07 WIB
Eva salah satu penjual bendera di simpang vihara Mayteria Batam Center (Suarabatam/Nando)

SuaraBatam.id - Hari Kemerdekaan RI ke-76 tahun ini jadi cobaan tersendiri bagi bangsa Indonesia. Antusiasme warga juga terasa berkurang karena wabah virus corona membuat masyarakat kesulitan.

Hal yang sama juga terjadi dirasakan langsung oleh para penjual bendera di jalanan Kota Batam, Kepulauan Riau.

Hasil jualan mereka tidak seramai biasanya. Bahkan, hingga hari ini, Senin (16/8/2021), hanya sedikit bendera yang bisa mereka jual.

Salah satunya seperti yang diakui oleh Eva (40), salah satu penjual bendera yang berada di simpang Vihara Mayteria, Batam Center. Sejak berjualan dari 28 Juli lalu, baru sedikit bendera yang terjual.

Baca Juga: Passan Terakher, Film Perjuangan Dibumbui Komedi Romantis Tayang 17 Agustus 2021

"Padahal sudah dijual murah, seperti bendera ini yang kecil hanya Rp 25 ribu saja," ungkapnya ditemui di lapaknya, Senin (16/8/2021).

Hingga hari ini, Eva baru menjual 20 bendera. Menurutnya, anusiasme warga menurun drastis sejak tahun 2020 lalu.

Ia bahkan sampai menginap di lapak jualannya demi mampu menjual banyak bendera. Sehari-hari, Eva ditemani oleh suaminya. Ia dan suami harus tidur di tenda sederhana dengan beralaskan papan dan tikar.

"Siapa tahu kalau malam ada yang beli, makanya tidur selama ini disini saja. Pulang paling untuk mandi atau masak saja, untuk bekal di lapak," terangnya.

Hal serupa diakui Baim (49), penjual bendera yang biasa membuka lapak nya di kawasan Jalan Gajahmada, Sekupang.

Baca Juga: Bocah Hanyut di Drainase Batu Ampar Ditemukan Meninggal Dunia

Tidak hanya menurunnya penjualan, salah satu kendala lain yang kini dihadapi oleh para penjual adalah cuaca Batam yang tidak konsisten.

Baim mengaku bahwa sudah mulai menjual bendera sejak masih kecil dan usaha yang dilakoninya saat ini, merupakan usaha turun-temurun dari orangtuanya.

"Dulu saat ikut bapak, kami biasa berjualan ke perumahan. Intinya berjualan keliling. Punya lapak ini baru beberapa tahun belakangan," lanjutnya.

Tidak hanya cuaca, Baim yang sejak tanggal 28 Juli sudah menginap di lokasi jualan, kini juga harus berhati-hati dengan ulah para oknum tak bertanggungjawab yang mengincar harta benda milik para penjual.

Minggu lalu, anak Baim yang ikut menginap di lapak tersebut jadi korban maling. Handphone milik anaknya diembat maling saat berada di lokasi.

Diakui Baim, antusiasme masyarakat Kota Batam dalam menyambut hari kemerdekaan cenderung menurun. Bendera merah putih sudah dipasang, tapi tidak semeriah tahun 2019 lalu. 

Jika di tahun lalu ia bisa menjual hampir 50 persen stok bendera yang dipunya, kini sampai mendekati hari-H perayaan tujuh-belasan, bendera Pak Baim yang terjual masih dapat dihitung jari.

"Kalau tahun ini, saya seperti tak bisa berkata apa-apa lagi. Benar-benar sepi, nyaris tidak ada yang beli. Jika dibandingkan tahun lalu sangat anjlok. Sejak tanggal 5 Agustus tidak ada pembeli lagi," ungkap Pak Baim dengan nada prihatin.

Usaha dan keringatnya tidak sepadan dengan penghasilan yang didapat tahun ini. 

Baim berharap, tahun depan pandemi dapat segera surut, sehingga perayaan tujuhbelasan dapat kembali meriah seperti sedia kala. 

Ia berharap, masyarakat dapat ikut membantu perekonomian pedagang bendera seperti dirinya dengan ikut memasang bendera di tiap-tiap rumah.

Kontributor : Partahi Fernando W. Sirait

Load More