SuaraBatam.id - Pertamina New Renewable Energy (NRE) mencatatkan kinerja positif konsolidasi mengelola bisnis energi bersih dengan meraup pendapatan 101 persen, EBITDA 117 persen, dan laba bersih 152 persen terhadap RKAP Semester I/2021.
Chief Executive Officer Pertamina NRE Dannif Danusaputro menyebutkan, pendapatan perseroan mencapai 181 juta dolar AS, Earning Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization (EBITDA) 152 juta dolar AS, dan laba bersih 57 juta dolar AS.
"Kami selalu berupaya mengedepankan operational excellence untuk mencapai target yang ditentukan, karena kami juga bercita-cita untuk mendukung pemerintah mewujudkan transisi energi di Indonesia," ujarnya.
Tidak hanya itu, Pertamina NRE juga mencatatkan kinerja operasi yang positif dengan berhasil memproduksi listrik sebesar 2.273 gigawatt hour (GWh).
Perusahaan energi bersih anak usaha PT Pertamina (Persero) tersebut berkomitmen mendorong laju transisi energi di Indonesia.
Pada 2030, Pertamina menargetkan energi baru terbarukan sebesar 17 persen dalam portofolio bisnisnya.
Sementara itu, Pertamina NRE menargetkan kapasitas terpasang mencapai 10 gigawatt yang terdiri dari enam gigawatt berbahan bakar gas, tiga gigawatt energi baru terbarukan, dan satu gigawatt energi baru pada 2026.
Kini kapasitas terpasang energi panas bumi telah mencapai 672 megawatt yang ditargetkan meningkat menjadi 1,1 gigawatt pada lima tahun mendatang.
Sementara itu yang termasuk dalam pengembangan energi baru antara lain hidrogen, baterai kendaraan listrik, dan penangkapan serta penyimpan karbon (CCUS).
Baca Juga: Lawan Covid-19, Pertamina Target RS Modular Tanjung Duren Beroperasi Agustus
Dannif menjelaskan pihaknya melakukan langkah kolaborasi dengan mitra-mitra strategi terkhusus pengembangan energi baru, seperti hidrogen dan CCUS karena teknologinya masih relatif baru.
Dia menambahkan bahwa transisi energi yang dilakukan secara agresif oleh Pertamina ditargetkan untuk mencapai target penurunan emisi gas rumah kaca (GRK) Pertamina sebesar 30 persen dan mendukung emisi GRK nasional sebesar 29 persen pada tahun 2030.
"Saat ini kami sedang mengembangkan blue hydrogen dan green hydrogen. Kami yakin hidrogen adalah energi masa depan dan kami berharap akan mencapai harga yang kompetitif seiring dengan berkembangnya teknologi,” ungkap Dannif.
Berita Terkait
-
Chevron Pamit dari Blok Rokan di Momen HUT Riau ke-64
-
Chevron Resmi Pamit Tinggalkan Blok Rokan
-
Nyaris Seabad di Riau, Chevron Resmi Pamit Tinggalkan Blok Rokan
-
Resmi! Pertamina Ambil Alih Tambang Minyak dan Gas Bumi Blok Rokan dari Chevron
-
Pertamina Hadirkan Bahan Bakar Khusus di Tapanuli Tengah Sumut
Terpopuler
- 5 Body Lotion dengan Kolagen untuk Usia 50-an, Kulit Kencang dan Halus
- 8 Bedak Translucent untuk Usia 50-an, Wajah Jadi Flawless dan Natural
- Sepatu On Cloud Ori Berapa Harganya? Cek 5 Rekomendasi Paling Empuk buat Harian
- 6 Sabun Cuci Muka dengan Kolagen agar Kulit Tetap Kenyal dan Awet Muda
- Pemain Keturunan Jerman Ogah Kembali ke Indonesia, Bongkar 2 Faktor
Pilihan
-
Hasil SEA Games 2025: Mutiara Ayu Pahlawan, Indonesia Siap Hajar Thailand di Final
-
Stok BBM Shell Mulai Tersedia, Cek Lokasi SPBU dan Harganya
-
Kekuatan Tersembunyi Mangrove: Bisakah Jadi Solusi Iklim Jangka Panjang?
-
Orang Pintar Ramal Kans Argentina Masuk Grup Neraka di Piala Dunia 2026, Begini Hasilnya
-
6 Rekomendasi HP Rp 3 Jutaan Terbaik Desember 2025, Siap Gaming Berat Tanpa Ngelag
Terkini
-
Angkat Kearifan Lokal, Menu MBG di Kepri Pakai Makanan Tradisional
-
Operasi Zebra 2025 di Kepri Optimalkan ETLE, Berikut Deretan Lokasinya
-
Update Harga Emas Antam Hari Ini, Turun Menjadi Rp2,322 Juta per Gram
-
Pencuri yang Beraksi di 50 Lokasi Dibekuk
-
Adu Kuat Dua Nama Menuju Kursi Ketua DPC NasDem Batam