Scroll untuk membaca artikel
M Nurhadi
Selasa, 03 Agustus 2021 | 17:49 WIB
Pebulu tangkis ganda putri China Chen Qingchen dan Jia Yifan meraih medali perak Olimpiade Tokyo 2020 di Musashino Forest Sport Plaza, Tokyo. (2/8/2021) (ANTARA/REUTERS/Hamad I Mohammed)

SuaraBatam.id - Sejumlah laga Olimpiade Tokyo dipastikan telah berakhir, namun hingga kini tensi dukungan untuk para atlet masih terus mengalir di media sosial. Tidak terkecuali, warganet China.

Kemenangan Ganda Putri Indonesia, Greysia Polii/Apriyani Rahayu yang meraih emas usai mengalahkan duo Tiongkok, Chen Qingchen/Jia Yi Fan ternyata menuai pujian dari netizen China. Melansir BBC --jaringan Suara.com, warganet di Weibo menyebut Greysia/Apriyani bertarung sangat luar biasa hingga pantas mendapatkan emas.

Namun, tidak sedikit pula warganet yang menyoroti atlet badminton negara itu, lantaran hanya mampu menyumbangkan dua medali emas dari lima laga final perebutan medali emas badminton.

Bahkan pada kategori ganda putri di Olimpiade Rio 2016 lalu, pebulutangkis China sama sekali tak menyumbangkan medali.

Baca Juga: Cara Elegan Prabowo Ucapkan Selamat ke Greysia dan Apriyani

"Kita sedikit ketinggalan dalam olahraga badminton selama beberapa tahun terakhir," sebut seorang warganet China.

Terkait ekalahan Chen dan Jia, warganet China menyebut duo tersebut memang masih relatif muda sehingga masih membutuhkan pengalaman dan jam terbang.

"Melalui pihak lawan, kemampuan atlet kita diuji. Fan dan Chen punya hati yang besar. Mereka saling memuji dan mereka juga menyanjung lawan," tulis warganet lainnya.

"Sampai ketemu di podium medali [Olimpiade] Paris," sebut seorang warganet lainnya seraya menambahkan dua emoji menangis.

Meski demikian, ternyata netizen China juga cukup pedas dalam mengomentari atlet lain yang mendapatkan medali namun bukan medali emas.

Baca Juga: Sindir Pejabat Narsis, Satria Muda Bikin Ucapan Unik untuk Greysia/Apriyani

Bahkan, kritikan yang datang cukupuntuk membuat tekanan bagi para atlet. Atlet yang meraih medali apapun selain medali emas dipandang sebagai atlet yang tidak patriotik bagi warga ultra-nasionalis China di dunia maya. 

Jurnalis BBC Waiyee Yip, melaporkan, Tim tenis meja ganda campuran China mengajukan permintaan maaf dengan bernilang air mata usai kalah pada final dan hanya memperoleh medali perak.

"Saya merasa telah membuat gagal tim... Saya minta maaf semuanya," tutur Liu Shiwen sambil membungkuk meminta maaf, air mata mengalir di matanya.

"Seluruh negara menantikan final ini. Saya pikir seluruh tim China tidak dapat menerima hasil ini," sambung atlet lainnya, Xu Xin.

Terlebih, kekalahan mereka dari Jepang membuat warganet nampaknya murka hingga melontarkan kata-kata kasar yang menyerang atlet China tersebut.

Saking kerasnya, warganet sampai menyebut kontingen China itu sudah membuat malu dan menggagalkan bangsa. Tidak hanya atlet, mereka juga melontarkan kritikan keras terhadap wasit.

Ketika demam nasionalis terus melanda negara itu, perolehan medali di ajang Olimpiade telah menjadi lebih dari sekadar kejayaan olahraga.

"Bagi orang-orang ini, tabel medali Olimpiade adalah pelacak kecakapan nasional secara real-time dan, secara luas lagi, martabat nasional," kata Dr Florian Schneider, direktur Leiden Asia Centre di Belanda.

Load More