SuaraBatam.id - Strategi pemerintah dalam menangani pandemi kembali dikomentari kader Partai Demokrat, Yan Harahap. Ia menuduh pemerintah negosiasi dengan Buzzer terkait pembungkaman terhadap pihak yang mengkritik penanganan wabah Covid-19 di Indonesia.
“Soal kebijakan strategisnya mungkin masih nego dengan para buzzerp,” kata Yan melalui akun Twitter YanHarahap pada Kamis (29/7/2021)
“Kira-kira yang mana lagi yang harus ‘dibungkam’ dan ‘difitnah’ jika coba-coba mengkritisi,” lanjutnya.
Tidak hanya itu, Yan Harahap juga membagikan berita yang memuat pendapat Epidemiolog soal penangan pandemi di Indonesia.
Baca Juga: Kabar Edhie Baskoro Yudhoyono alias Ibas Punya Tato di Tangan Kanan, Cek Fakta Sebenarnya!
Dalam unggahan artikel berita itu Epidemilog dari Griffith University Australia, Dicky Budiman memprediksi, Indonesia jadi salah satu negara paling akhir melewati wabah Covid-19.
“Tampaknya Indonesia akan selesai belakangan dari situasi krisis pandemi. Ini bukan estimasi yang mengenakkan, tapi kondisi saat ini mengarah ke situ,” tulis artikel tersebut.
Dicky memprediksikan bahwa di Indonesia, bukan tidak mungkin akan muncul suatu varian virus baru dari pergerakan manusia yang tidak terkendali dari pulau-pulau lain.
“Potensi itu besar, seperti pada kasus flu burung muncul strain super. Ketika swine flu juga Indonesia yang terakhir keluar dari wabah,” ungkapnya.
Ia lantas membahas kebijakan pemerintah dalam mengatasi wabah. Menurutnya, pemerintah meremehkan Covid-19 dan keputusan yang diambil tidak berbasis sains.
Baca Juga: Kritik ASN yang Minta Dilayani, Presiden Jokowi: Ini Bukan Zaman Kolonial Lagi
Hal serupa kembali terjadi pada tahun 2021, seluruh kebijakan pandemi Covid-19 Indonesia banyak dipengaruhi oleh kompromi ekonomi ketimbang kesehatan.
Dicky menjabarkan persoalan seperti esting rendah, tracing sekadarnya, serta dilakukannya pembatasan yang sangat longgar.
“Inilah yang dihadapi Indonesia karena sudah menempatkan pilihan strategi yang salah dari awal, sehingga masalah kesehatan terlanjur membesar,” ujar Dicky.
“Mau tidak mau kita akan melihat kasus kematian dari hasil kompromi ini, kematian yang sangat banyak,” tambahnya.
Berita Terkait
-
Demokrat Sayangkan Ada Partai Larang Kader Kepala Daerah Ikut Retret, Sindir Megawati?
-
Sukatani dan Bayar Bayar Bayar: Kebebasan Berkarya yang Dipertanyakan
-
Demokrat Jakut Solid Dukung AHY Jadi Ketum 2025-2030: Bukti Nyata Tangani Banjir Rob
-
Inikah Negara Klarifikasi? Saat Kritik Tak Lagi Bebas di Negeri Demokrasi
-
Dijemput Crazy Rich Malaysia, Gaya Fuji di Bandara Bikin Heboh!
Terpopuler
- Viral Video Hadirin Tak Tepuk Tangan Saat Nama Jokowi Disebut, Netizen: Orang Semakin...
- Mengintip 4 Mobil Sherly Tjoanda yang Jadi Gubernur Terkaya Indonesia
- Nikita Mirzani Tak Terima Terancam Hukuman 20 Tahun Penjara: Masa Lebih Parah dari Suami Sandra Dewi
- Ayah Kandung El Barack Sempat Telepon Keluarga Jessica Iskandar, Vincent Verhaag: Dia Harus Temui Aku Dulu
- Alat Berat Sudah Parkir, Smelter Nikel PT GNI yang Diresmikan Jokowi Terancam Tutup Pabrik
Pilihan
-
Megawati Hangestri Tampil Menawan, Red Sparks Hempaskan GS Caltex
-
Perbandingan Spesifikasi Infinix Hot 50 Pro+ vs Redmi Note 14, Duel HP 4G Rp 2 Jutaan Terbaru
-
Kisah di Balik Kedipan Lampu Strobo, Beda Warna Beda Arti
-
Perbandingan Spesifikasi Realme C75 vs Redmi Note 14, Duel Sengit HP 4G Rp 2 Jutaan
-
Buntut Ricuh Lawan Persib, Persija Jakarta Dapat Sanksi Berat, Ini Daftarnya
Terkini
-
BRI UMKM EXPO(RT) 2025: Tangkal Kawung Perkenalkan Gula Aren Inovatif untuk Pasar Lokal dan Global
-
Mengenal Songket PaSH: Transformasi Songket Palembang di BRI UMKM EXPO(RT) 2025 yang Go International
-
BRI Dukung Perkembangan UMKM Indonesia dan Meningkatkan Daya Saing
-
Beras SPHP Distop, Harga di Tanjungpinang Terancam Naik?
-
Waspada Buaya Lepas! Wisata Pantai Batam Diimbau Tingkatkan Keamanan Saat Liburan