Scroll untuk membaca artikel
M Nurhadi
Kamis, 29 Juli 2021 | 13:48 WIB
Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat membuka Konferensi Forum Rektor Indonesia (FRI) Tahun 2021. (Foto: Biro Pers Sekretariat Presiden)

SuaraBatam.id - Strategi pemerintah dalam menangani pandemi kembali dikomentari kader Partai Demokrat, Yan Harahap. Ia menuduh pemerintah negosiasi dengan Buzzer terkait pembungkaman terhadap pihak yang mengkritik penanganan wabah Covid-19 di Indonesia.

“Soal kebijakan strategisnya mungkin masih nego dengan para buzzerp,” kata Yan melalui akun Twitter YanHarahap pada Kamis (29/7/2021)

“Kira-kira yang mana lagi yang harus ‘dibungkam’ dan ‘difitnah’ jika coba-coba mengkritisi,” lanjutnya.

Tidak hanya itu, Yan Harahap juga membagikan berita yang memuat pendapat Epidemiolog soal penangan pandemi di Indonesia.

Baca Juga: Kabar Edhie Baskoro Yudhoyono alias Ibas Punya Tato di Tangan Kanan, Cek Fakta Sebenarnya!

Dalam unggahan artikel berita itu Epidemilog dari Griffith University Australia, Dicky Budiman memprediksi, Indonesia jadi salah satu negara paling akhir melewati wabah Covid-19.

“Tampaknya Indonesia akan selesai belakangan dari situasi krisis pandemi. Ini bukan estimasi yang mengenakkan, tapi kondisi saat ini mengarah ke situ,” tulis artikel tersebut.

Dicky memprediksikan bahwa di Indonesia, bukan tidak mungkin akan muncul suatu varian virus baru dari pergerakan manusia yang tidak terkendali dari pulau-pulau lain. 

“Potensi itu besar, seperti pada kasus flu burung muncul strain super. Ketika swine flu juga Indonesia yang terakhir keluar dari wabah,” ungkapnya.

Ia lantas membahas kebijakan pemerintah dalam mengatasi wabah. Menurutnya, pemerintah meremehkan Covid-19 dan keputusan yang diambil tidak berbasis sains. 

Baca Juga: Kritik ASN yang Minta Dilayani, Presiden Jokowi: Ini Bukan Zaman Kolonial Lagi

Hal serupa kembali terjadi pada tahun 2021, seluruh kebijakan pandemi Covid-19 Indonesia banyak dipengaruhi oleh kompromi ekonomi ketimbang kesehatan.

Politisi Partai Demokrat, Yan Harahap

Dicky menjabarkan persoalan seperti esting rendah, tracing sekadarnya, serta dilakukannya pembatasan yang sangat longgar.

“Inilah yang dihadapi Indonesia karena sudah menempatkan pilihan strategi yang salah dari awal, sehingga masalah kesehatan terlanjur membesar,” ujar Dicky.

“Mau tidak mau kita akan melihat kasus kematian dari hasil kompromi ini, kematian yang sangat banyak,” tambahnya.

Load More