Scroll untuk membaca artikel
M Nurhadi
Jum'at, 11 Juni 2021 | 08:41 WIB
Dam Duriangkang, Batam [Dok BatamNews.co.id].

SuaraBatam.id - Air merupakan salah satu elemen penting di bumi yang terbentuk dari proses alami sejak dahulu kala. Keberlangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lain yang ada di bumi bergantung pada elemen ini. Bahkan elemen H2O yang dirumuskan secara kimia ini dianggap sebagai sumber kehidupan di bumi selain udara.

Kebutuhan dasar hajat hidup manusia sejak berabad lamanya tidak bisa lepas dari peran penting air. Tanpa air peradaban manusia bisa jadi tak akan sanggup bertahan hingga saat ini. Maka tak heran apabila air juga dianggap sebagai simbol kemakmuran masyarakat di suatu daerah.

Tidak semua daratan di bumi memiliki kandungan air yang cukup. Bahkan ada gurun sahara dan tanah gersang yang terbilang mematikan di bumi saking jarangnya ditemukan tanda-tanda kehidupan.

Manusia yang memiliki insting bertahan hidup menemukan cara bagaimana sebuah danau bisa terbentuk secara alami sebagai tampungan air. Maka, manusia menduplikasinya dengan membangun sebuah cekungan di permukaan tanah untuk menampung air yang dikemudian hari disebut sebagai reservoir, bendungan, waduk, atau dam.

Baca Juga: Terima Laporan Kapal Vietnam Masuk Natuna Malam Hari, Ditpolair Gerak Cepat

Kota Batam merupakan salah satu kota strategis di Indonesia yang berada di dekat Selat Malaka dan Selat Singapura ini punya sisi lain, yakni jarang memiliki kandungan air baku dari dalam tanah atau air sumur.

Wilayah yang dimekarkan oleh pemerintah Indonesia sejak era 90-an ini mengandalkan suplai air bersih dari keberadaan waduk atau dam salah satunya yang terbesar adalah Dam Duriangkang. Keberdaan infrastruktur Dam Duriangkang sendiri telah dibangun sejak 1995.

Batam. (Shutterstock)

Kondisi dan jenis tanah di Batam yang sebagian besar tidak bisa menyerap air secara maksimal menjadi salah satu penyebab sulitnya sumber air tanah. Ketika di daerah lain bisa mendapatkan sumber air bersih dengan pengeboran tanah dengan dalam sekitar 15 meter, Batam hanya mengandalkan waduk atau dam untuk memenuhi pasokan air bersih lantaran air hujan sulit terserap dan langsung mengalir ke laut maupun ke waduk.

Selain itu berdasarkan hasil analisis geolistrik yang dilakukan peneliti dari Pusat Teknologi Lingkungan, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (PTL-BPPT) di beberapa tempat mengungkapkan bahwa sebagian air tanah di Batam sudah menjadi payau atau bahkan asin dan sebagian lain terkontaminasi oleh limbah industri dan air rawa.

Selain Waduk Duriangkang, Batam juga memiliki beberapa waduk buatan lain yaitu waduk Sei Ladi, Sei Harapan, Muka Kuning, Sei Tembesi, Nongsa, Sei Rempang, Sei Baloi, dan Sei Gong. Namun, waduk Sei Baloi tidak bisa digunakan sebagai pemasok sumber air bersih karena alasan kualitas air yang buruk.

Baca Juga: Disiram Air Panas Oleh Istri Gegara 2 Hari Tak Pulang, Ini Alasan Sopan Cabut Laporan

Dari masa ke masa Batam mengalami peningkatan jumlah penduduk. Hal itu juga memengaruhi kebutuhan suplai air baku untuk hajat hidup penduduk. Sehingga agar tetap tercukupi, Badan Pengusaha (BP) Batam sebagai salah satu lembaga pengelola keberadaan waduk di Batam mengusulkan sebuah ide.

Ide tersebut yakni dengan memanfaatkan teknologi modifikasi cuaca (TMC) untuk menambah pasokan air baku di waduk. Sementara pada proses manajemen perawatannya dilakukan kerja sama operasional antara BP Batam dengan pihak swasta.

Keberdaan jalur Dam Duriangkang di Batam ini membelah dua bagian daerah antara Pungur dengan Sei Beduk. Jalur tersebut sering dilalui oleh masyarakat sekitar sebagai jalan tembus untuk menghemat waktu perjalanan.

Namun, jalan inspeksi Dam Duriangkang yang memiliki pemandangan bagus itu rencananya akan diberlakukan pemungutan tarif masuk oleh kebijakan BP Batam.

Ilustrasi air bersih (shutterstock)

Alasan BP Batam memungut tarif masuk di jalur inspeksi Dam Duriangkang tersebut tidak lain agar mengurangi aktivitas lalu lintas masyarakat yang dianggap semakin ramai serta menjaga jalan di kawasan tersebut tetap tertib.

Sebagian dari masyarakat sekitar yang sering memanfaatkan jalur tersebut lantas merasa keberatan jika diberlakukan kebijakan itu. Terlebih skema tarifnya memiliki perbedaan antara orang dewasa dan anak-anak sekolah. Mulai paling sedikit 2 ribu rupiah hingga 15 ribu untuk sekali lewat.

Dam Duriangkang yang menjadi pemasok air baku sekitar 70 persen bagi kebutuhan pasokan air di Kota Batam sebenarnya memiliki potensi pariwisata.

Namun, pemanfaatan waduk tersebut hanya difungsikan dengan Single Purpose, yang berarti penggunaan kawasan di sekitar waduk itu sangat terbatas dan tidak bisa dimanfaatkan sebagai destinasi wisata, lahan perkebunan, maupun perikanan.

Kontributor : Muhammad Subchan Abdillah

Load More