
SuaraBatam.id - Beberapa vaksin Covid-19 potensial sudah menunjukkan kemanjuran. Namun tetap saja ada orang yang tidak percaya dengan vakin. Mereka biasa disebut dengan "anti-vaxxer", kelompok orang yang menghindari vaksin lantaran meyakini teori konspirasi yang berberedar.
Salah satunya klaim bahwa vaksin Covid-19 tidak aman dan para peserta percobaan meninggal setelah mendapat obat ini.
Para ahli telah mengecam teori-teori ini. Bahkan, profesor bakteriologi emeritus di Universitas Aberdeen, Hugh Pennington, mengatakan klaim ini berbahaya.
"Mitos-mitos ini perlu ditangani karena beberapa orang benar-benar mempercayainya. Mereka bisa berbahaya," tutur Pennington, dilansir The Sun.
Baca Juga: Dianggap Sebarkan Teori Konspirasi Covid-19, Film Ini Banjir Kecaman
Profesor Pennington dan ahli onkologi serta mantan Kepala Program Kanker Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Karol Sikora, menyanggah beberapa teori gila yang beredar secara daring.
![Ilustrasi vaksin Covid-19. [Pearson0612/Pixabay]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2020/10/14/12458-vaksin-covid-19.jpg)
1. Vaksin mengubah DNA
Ada klaim bahwa vaksin akan mengubah DNA dengan memasuki sistem tubuh manusia.
"Pada dasarnya Anda akan menjadi manusia yang dimodifikasi secara genetik," tulis klaim yang beredar di Facebook beberapa waktu lalu.
Pennington mengatakan hal ini tidak mungkin terjadi. Sebab, vaksin Covid-19 merupakan vaksin mRNA, yang tidak menggunakan cara memasukkan virus lemah atau tidak aktif ke tubuh menusia, seperti kebanyakan vaksin lain.
Baca Juga: Bill Gates, Sosok Jenius di Balik Microsoft yang Dibayangi Teori Konspirasi
Vaksin mRNA justru 'mengajarkan' tubuh untuk membuat protein yang memicu respon imun agar dapat melawan infeksi, apabila seseorang terpapar di waktu lain.
"Vaksin tidak mendekati DNA Anda," tutur Pennington.
2. Dikembangkan secara cepat
Satu kekhawatiran yang digembar-gemborkan banyak orang di media sosial adalah bahwa vaksin tidak aman karena kecepatan pengembangannya.
“Ilmu di balik (vaksin ini) telah berlangsung selama beberapa tahun. Kecepatan lebih berkaitan dengan uji coba. Tapi mereka (ilmuwan) tidak terburu-buru," jelas Pennington.
Ia menambahkan bahwa ilmuwan dapat merekrut banyak relawan di uji coba mereka karena banyak orang terinfeksi penyakit pernapasan ini di seluruh dunia.
- 1
- 2
Berita Terkait
Terpopuler
- Jay Idzes Akhirnya Pamerkan Jersey Biru Bergaris!
- Dear Erick Thohir! Striker Pencetak 29 Gol Keturunan Kota Petir Ini Layak Dinaturalisasi
- Kontroversi Bojan Hodak di Kroasia, Sebut Persib Bandung Hanya Tim Papan Bawah
- Jelang Lawan Timnas Indonesia, Pemain China Emosi: Saya Lihat Itu dari Kamar Hotel
- 7 Rekomendasi Mobil Murah dengan Sunroof, Harga mulai Rp 80 Jutaan
Pilihan
-
Mimpi Timnas Indonesia Terkubur! Gagal ke Piala Dunia 2026 Tanpa Playoff usai Australia Hajar Jepang
-
Bahlil Cabut Sementara IUP Tambang Nikel Anak Usaha Antam di Raja Ampat
-
Suporter Berlarian di GBK Jelang Timnas Indonesia vs China, Ada Apa?
-
3 Rekomendasi Moisturizer untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Kulit Kering Keriput Jadi Halus Lagi!
-
Penyerang Keturunan Ketahuan Jalan Bareng Cewek Jelang Timnas Indonesia vs China
Terkini
-
Bocah di Batam Dianiaya Ayah Tiri, Ditemukan Terlantar di Rumah Sakit
-
ASN Tewas Usai Kencan 'Panas' dengan Wanita Muda di Hotel Karimun
-
9 WNA Dideportasi Imigrasi Batam gegara Salahgunakan Izin Tinggal
-
5 Alasan Mengapa Mobil Rental adalah Pilihan Cerdas untuk Liburan Anda
-
Inilah 5 Kebiasaan yang Membuat Tagihan Listrik Bisa Bengkak!