Scroll untuk membaca artikel
Rizki Nurmansyah
Kamis, 30 Juli 2020 | 16:14 WIB
Nelangsa H-1 Idul Adha di Kampung Tua: 35 Warga Kehilangan Seisi Rumah
Anak-anak menyaksikan sisa bangunan akibat kebakaran yang terjadi di Kampung Tua Tanjung Uma, Kecamatan Lubuk Baja, Batam. pada Kamis (30/7/2020) dini hari tadi. [Suara.com/Bobi]

SuaraBatam.id - Perayaan Idul Adha tahun ini tampaknya jadi momen penuh duka bagi 35 warga dari 8 Kepala Keluarga (KK) di Kampung Tua Tanjung Uma, Kecamatan Lubuk Baja, Batam.

Empat rumah panggung yang mereka tinggal habis dilalap api pada, Kamis (30/7/2020), atau H-1 Hari Raya Idul Adha 1441 Hijriah/Tahun 2020. Yang tersisa hanya fondasi dan puing-puing.

Pantauan Suara.com, dari sebuah pelantar, beberapa anak kecil berbaris melihat sisa bangunan yang masih mengeluarkan asap.

Mereka menunjuk-nunjuk berbagai sudut di kawasan ini. Ada yang turun dan mencari sudut pandang lain, ada juga anak lainnya yang datang mendekati.

Baca Juga: Viral Fetish Kain Jarik Modus Riset Mahasiswa Alumnus SMA di Banjarmasin

Nike Eta (28), satu dari 20 wanita yang menjadi korban kebakaran, mengatakan awalnya ia baru selesai mencuci pakaian sekitar pukul 01.30 WIB.

Tak berselang lama, kondisi yang semula nyaman berbalik 180 derajat.

Ia yang ketika itu tengah beristirahat, berhamburan keluar rumah bersama 9 anggota keluarganya memghindari api yang mulai memakan bagian dapur.

Rumah sewa itu baru ditinggalinya sebulan. Semua perlengkapan rumah tangga seperti kulkas, mesin cuci, televisi, lalu berkas, identitas, tabungan sang adik, dan perabotan lain miliknya, kini tak lagi tersisa.

Sesekali Eta, yang ditemui di lokasi pada Kamis pagi sekitar pukul 08.00 WIB, harus menyeka air mata saat menceritakan kesedihan kehilangan harta benda setelah dilalap api sekitar 2 jam lamanya.

Baca Juga: Kebakaran Kantor Dinas Kesehatan Sulsel, Data COVID-19 Ludes Terbakar

Ia sempat tertawa sejenak saat menyadari Hari Raya Idul Adha sudah di depan mata. Jangankan memikirkan kurban, untuk menunaikan salat Id esok hari saja sepertinya ia kesulitan untuk melakukannya.

"Ini saja yang tersisa," kata Eta, sambil menunjuk piyama berwarna merah dan celana pendek hijau yang melekat di badannya saja yang kini jadi harta bendanya yang tersisa.

Tak hanya sedih memikirkan harta bendanya yang tak lagi tersisa, sejumlah pertanyaan juga berkecamuk di pikirannya.

Apakah ada bantuan dari pihak luar untuknya dan korban lain? Adakah bantuan untuknya mengurus segala kelengkapan berkas yang hangus tak tersisa? Bagaimana mempertanggungjawabkan barang-barang yang belum lunas dibayar?

Malam itu, Eta merasakan ada sedikit hal yang tak biasa. Teman-teman yang biasa bertandang lama di rumahnya, pulang lebih awal. Adiknya yang rajin begadang, sudah tidur sebelum tengah malam.

Ketidakbiasaan itu ternyata membawa musibah. Eta ditemani adiknya, keduanya sama-sama tak sempat mengurus diri. Juga tak bisa tidur di sisa hari.

Load More