SuaraBatam.id - Flu merebak di beberapa daerah diinggris seperti di Norfolk, Suffolk, dan Essex bulan lalu.
Seorang pemilik perusahaan produsen unggas kehilangan 100.000 unggas karena flu burung.
Melansir BBC, Mark Gorton, direktur pelaksana Traditional Norfolk Poultry, mengatakan jenis flu ini "sangat mematikan dan menular".
Akan tetapi, pemerintah Inggris menegaskan risiko flu burung ini terhadap kesehatan manusia sangat rendah.
Baca Juga:Mengulik 5 Fakta Tentang Rishi Sunak, PM Baru Inggris
Wakil Kepala Otoritas Veteriner Inggris, Richard Irvine, mengatakan: "Vaksinasi bukan bagian dari kebijakan dan pendekatan terhadap penyakit."
Departemen Lingkungan, Pangan, dan Urusan Pedesaan mengatakan ini adalah wabah flu burung terbesar di Inggris.
Tahun lalu, sedikitnya 48 juta ekor unggas telah dibantai di Inggris dan Uni Eropa akibat wabah flu burung. Di Inggris, sebanyak 190 kasus flu burung dideteksi di peternakan sejak tahun lalu sehingga sebanyak 3,2 juta unggas dimatikan.
Di antara 190 kasus tersebut, sebanyak lebih dari 30 kasus muncul di Inggris sejak awal Oktober 2022.
Norfolk, Suffolk, dan sebagian Essex mengalami lonjakan kasus flu burung, dengan kasus terbesar ada di Norfolk, sejumlah 32 kasus bulan ini.
Di wilayah itu, kasus terbanyak terjadi di wilayah Attleborough, dengan jumlah 12 kasus hingga Kamis pekan lalu.
Enam kasus dari wabah di Norfolk terjadi di peternakan ayam dan kalkun yang dioperasikan oleh Gorton.
Dia mengaku kehilangan 100.000 unggas, yang merupakan 10% dari keseluruhan jumlah ternaknya.
"Kami tidak pernah berpikir akan seburuk ini, sepertinya kami tidak bisa mengendalikannya," kata dia.
Gorton mengatakan flu burung "biasanya akan mati selama musim panas, tetapi ini justru semakin parah".
Dia mengatakan peternakan telah "melakukan segala cara yang kami bisa" dan memerlukan izin untuk memvaksinasi unggas-unggas itu.
Produsen unggas mengatakan: "Ada vaksin yang tersedia, tetapi sayangnya undang-undang yang mencegah kami menggunakannya.