China Berang, Ini Dampak Kunjungan Nancy Pelosi ke Taiwan

Salah satunya, China menyatakan menghentikan semua pembicaraan terkait perubahan iklim.

Eliza Gusmeri
Selasa, 09 Agustus 2022 | 09:00 WIB
China Berang, Ini Dampak Kunjungan Nancy Pelosi ke Taiwan
Ketua DPR AS Nancy Pelosi Kunjungi Presiden Taiwan Tsai Ing Wen (Instagram/@tsai_ingwen)

SuaraBatam.id - Kunjungan Ketua DPR Amerika Serikat (AS) Nancy Pelosi ke Taiwan telah merubah banyak sikap China dan menimbulkan banyak dampak.

Salah satunya, China menyatakan menghentikan semua pembicaraan terkait perubahan iklim.

Kemudian, ada tujuh langkah lain yang diambil Beijing terkait protes kedatangan Pelosi ke Taipei.

China menilai delegasi Pelosi dan AS telah menganggu kedaulatan China. Alhasil, Harga yang harus dibayar Washington sangat mahal.

Baca Juga:China-Taiwan Makin Panas, Sri Mulyani: Ekonomi Dunia Makin Terguncang

China membatalkan kerja sama Komandan Teater Timur, pembicaraan Koordinasi Kebijakan Pertahanan (DPCT), Pertemuan Perjanjian Konsultatif Maritim Militer (MMCA).

Agenda seperti kerja sama repatriasi imigran gelap, kerja sama bantuan hukum dalam masalah pidana, kerja sama melawan kejahatan transnasional, dan kerja sama antinarkoba ditangguhkan.

Penagguhan pembicaraan tentang perubahan iklim merupakan kerugian besar bagi AS. Karena, AS mengharapkan China mengurani emisi karbonnya.

Emisi karbon China sangatlah besar dan terus bertambah, menyebabkan emisi dari negara-negara lain seperti mengecil.

Emisi per orang China sekitar setengah dari AS, tetapi 1,4 miliar penduduknya yang besar dan pertumbuhan ekonomi yang eksplosif telah mendorongnya jauh di depan negara lain dalam emisi keseluruhannya.

Baca Juga:Kapal Perang China dan Taiwan Berlayar dengan Jarak Dekat, Masing-masing Lakukan Simulasi Serangan

Berdasarkan data dari Global Carbon Project 2021, China memiliki emisi karbon nasional sebesar 2,912 juta ton per tahun.

Sementara AS hanya 1,286 juta ton karbon per tahun. Indonesia sekitar 161 juta ton karbon pertahun. Melihat porsi emisi China dan AS tersebut, jelas keduanya merupakan negara terbesar menghasil karbon

Besarnya emisi karbon tersebut menjadi isu hangat. Salah satunya menjadi pembahasan di World Economic Forum 2022 kemarin.

Presiden China Xi Jinping mengatakan negaranya akan menargetkan emisinya mencapai titik tertinggi sebelum 2030 dan netralitas karbon dicapai pada 2060.

Namun komitmen tersebut akan ditangguhkan. Dengan begitu tidak hanya AS yang rugi namun seluruh populasi manusia.

Seluruh negara di dunia akan terus mengalami musim kering yang buruk dan musim dingin yang ekstrem akibat rusaknya lingkungan yang mengakibatkan perubahan iklim yang lebih panas.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini