Saya melihat Indonesia berusaha keras mencoba untuk mengatasi rasa takutnya akan impotensi. Ketakutan yang membawa kita kembali ke budaya kekerasan yang dinormalisasi”.
Tak hanya Ajo Kawir, sang jagoan kampung yang terjebak dengan ekspektasinya sebagai laki laki di dunia maskulin, ada juga sosok Iteung, karakter cewek yang berhasil mengimbanginya dalam hal beraksi laga dan bernyali tinggi.
Iteung yang diperankan oleh Ladya Cheryl tampil berenergi sebagai cewek badass yang bukan cuma menjadi kekasih bagi Ajo, tapi juga jagoan yang punya kekuatan setara dengan Ajo Kawir.
Iteung juga punya traumanya sendiri sebagai perempuan yang harus hidup di dunia yang maskulin. Iteung tumbuh untuk berani mengambil resiko dan keputusannya sendiri yang menjadikannya seorang tak kalah kuat.
Baca Juga:Ratu Felisha Rela Tampil Jelek di Film Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas
Berlatar waktu di akhir tahun 80an dan awal 90an, film "Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas" berusaha menghadirkan estetika sinema dari era tersebut melalui banyak cara. Salah satunya adalah penggunaan seluloid.
Edwin menjelaskan, “Referensi saya tentang gambar sangat dipengaruhi oleh imaji-imaji yang terekam dalam berbagai acara TVRI seperti Flora dan Fauna, Sesame Street, hingga Si Unyil yang kebanyakan menggunakan medium pita seluloid 16mm. Bagi saya, 16 mm adalah representasi realita sehari-hari yang paling tepat untuk menggambarkan perasaan dan ingatan saya terhadap periode 80/90an.
Tentu saja keinginan menggunakan pita seluloid dalam proses shooting film ini perlu didukung oleh para produser yang gigih dalam merealisasikannya.
![Petikan trailer film Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas [YouTube]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2021/09/16/66983-petikan-trailer-film-seperti-dendam-rindu-harus-dibayar-tuntas-youtube.jpg)
Pita seluloid, selain harganya yang sedikit lebih mahal dibandingkan dengan medium digital, di Indonesia tidak ada lagi laboratorium dan distributor pita film 16mm.
Segala pengerjaan laboratorium harus dikerjakan di Jepang. Sebuah pilihan yang tidak mudah mengingat segala sesuatunya juga harus dikerjakan dalam masa pandemi.
Baca Juga:Wanita Ini Nekat Rekam Film Bioskop Pakai Ponsel, Aksinya Tuai Cibiran
Meiske Taurisia, dan Muhammad Zaidy selaku produser percaya bahwa setiap cerita, dan karakter dalam film harus dituturkan dengan caranya yang unik.”