Miris, Tak Punya Anggaran, Sampah Medis di RSUD Natuna Menumpuk Selama 5 Bulan

"Solar habis, dah lama itu, tak ada solar, tak ada anggarannya," terang staf.

M Nurhadi
Jum'at, 30 Juli 2021 | 13:56 WIB
Miris, Tak Punya Anggaran, Sampah Medis di RSUD Natuna Menumpuk Selama 5 Bulan
Rumah Sakit Umum Daerah atau RSUD Natuna (Batamnews)

SuaraBatam.id - Terjadi penumpukan limbah medis Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Natuna. Penumpukan sampah terjadi lantaran terkendala bahan bakar untuk pengoperasian mesin insenerator.

"Tidak ada solar untuk menghidupkan mesin Insinerator," ujar staf dari RS tersebut.

Staf tersebut menjelaskan, limbah B3 itu sudah lama dibiarkan menumpuk. Tidak ada masalah pada mesin insenerator, namun tidak ada anggaran untuk bahan bakar.

"Solar habis, dah lama itu, tak ada solar, tak ada anggarannya," terangnya.

Baca Juga:Wajib Tahu, 3 Tips Mengatasi Stres saat Pandemi

Lokasi penyimpanan limbah B3 RSUD Natuna tidak begitu jauh dari ruang rawat inap dan ruang isolasi covid 19.

Padahal dalam Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pengelolaan limbah B3 menjelaskan agar segera melakukan pengolahan terhadap limbah B3 dikarenakan sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. 

Tidak hanya itu, masih di lokasi yang sama, ternyata juga didapati sampah organik dan non organik yang menumpuk dan tak terurus di lokasi tersebut. 

Kondisi ini tentunya sangat miris, apalagi situasi ini sudah berlangsung cukup lama. 

Menanggapi hal ini, Direktur RSUD Natuna, dr Iman Safari  mengatakan, saat ini produksi limbah B3 akibat pandemi Covid-19 terus meningkat. 

Baca Juga:Wapres Maruf Amin Evaluasi Penanganan COVID-19 Bali: Positivity Rate Masih Tinggi

"Tidak hanya akibat pandemi, namun karena giat vaksinasi yang akhir akhir gencar dilakukan, akibatnya produksi limbah B3 kita meningkat," terang Imam, dijumpai Batamnews di ruang kerjanya, Jumat (30/7/21).

Terkait limbah B3 yang telah menumpuk di ruang penyimpanan sementara, pihak RSUD Natuna diakuinya kesulitan mengganggarkan bahan bakar solar dikarenakan kas daerah sedang kosong. 

Keadaan ini ternyata sudah berlangsung tidak hanya pada beberapa pekan terakhir, namun sudah semenjak bulan Februari 2021 yang lalu. 

Padahal dalam sebulan, idealnya mesin Insinerator bisa menghabiskan 2,5 ton bahan bakar solar. Namun semenjak Februari 2021 lalu, dikarenakan ketiadaan anggaran dari pemda Natuna, kegiatan pengolahan limbah B3 terpaksa tak dilakukan lagi. 

"Pada momentum seperti ini, RSUD tidak bisa mengadakan atau membeli bahan bahar solar, oleh sebab itu operasional kegiatan rutin kita untuk pengolahan limbah B3 tidak bisa kita laksanakan, sehingga kejadiannya seperti ini, limbah B3 makin menggunung," ujar dr Imam. 

"Bukan kita tidak mau kerja, anggarannya ada, namun karena kondisi keuangan daerah sedang kosong makan kita tidak bisa berbuat banyak," pungkasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini