Dinamika Sekolah Daring: Pelajar Tak Lagi Semangat Belajar Hingga Kecanduan Game Online

Jika salah satu alasan karena kecanduan bermain gawai, harus ada upaya asesmen terhadap 31 siswa tersebut supaya dipulihkan secara psikologis.

M Nurhadi
Rabu, 02 Juni 2021 | 15:55 WIB
Dinamika Sekolah Daring: Pelajar Tak Lagi Semangat Belajar Hingga Kecanduan Game Online
ILUSTRASI-Belajar daring menggunakan aplikasi zoom/Riau Online

SuaraBatam.id - Kabar adanya 31 siswa SMA/SMK di Kabupaten Bintan yang putus sekolah karena efek pandemi COVID-19 kini mulai diusut oleh Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) .

Dijelaskan oleh Kepala Dinas Pendidikan Kepri, Muhammad Dali, 31 siswa tersebut, terdiri 25 siswa SMAN 1 Bintan dan 6 siswa SMKN 1 Bintan. Mereka putus sekolah diduga karena kecanduan bermain gawai atau gim daring (online) dan memilih bekerja.

"Sedang ditelusuri. Saya baru tahu informasi itu pagi ini," kata Dali, Senin (31/5/2021).

Meski demikian, hingga kini belum ada  laporan secara resmi terkait 31 siswa putus sekolah tersebut. Koordinasi akan dilakukan antara pihak sekolah dan orang tua atau wali dari pelajar tersebut terkait alasan mereka berhenti sekolah.

Baca Juga:Tak Izinkan Anak Sekolah Tatap Muka, Rossa Sebut PJJ Lebih Bermanfaat

Meski tidak mudah, setidaknya ia berusaha agar mereka mau kembali bersekolah.

Bersekolah dari rumah atau pembelajaran jarak jauh (PJJ) kini jadi momok sendiri bagi berbagai kalangan, tidak hanya para orang tua yang kesulitan mengajari anak. Tapi juga guru yang kelabakan lantaran siswa mulai malas kembali ke sekolah.

Belum lagi kondisi ekonomi terpuruk imbas pandemi ini, sehingga ada sebagian siswa yang lebih memilih bekerja untuk menopang perekonomian keluarga dibanding bersekolah.

Kabar menyedihkan ini jadi sorotan banyak pihak, salah satunya pemerhati anak Provinsi Kepri Muhammad Faizal yang menyebut semua pihak wajib memastikan anak-anak mendapatkan pendidikan.

Ia lantas mengutip Undang-Undang perlindungan anak yang mewajibkan pemerintah dan masyarakat memastikan anak-anak mengikuti wajib belajar 12 tahun.

Baca Juga:Miris, 63 Persen Anak di Dunia Tidak Bisa Baca Gegara Belajar Online

Namun, jika salah satu alasan karena kecanduan bermain gawai, harus ada upaya asesmen terhadap 31 siswa tersebut supaya dipulihkan secara psikologis.

Ia memberi dukungan sepenuhnya agar komunikasi antara guru dan orang tua ditingkatkan, kalau ada siswa tidak ikut pelaksanaan PJJ selama satu atau dua hari. 

Guru juga harus memberitahukan kepada orang tua siswa, karena mungkin orang tua tak tahu kalau anak mereka bermain game online sepanjang hari, sehingga tidak ikut PJJ.

"Jadi baiknya didalami dulu kenapa 31 siswa itu putus sekolah," kata Faizal, pada Antara.

Secara terpisah, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMAN 1 Bintan Rencana Ginting membenarkan 25 siswa di sekolahnya putus sekolah, pemicunya rata-rata disebabkan kecanduan gawai dan memilih bekerja.

Pihaknya telah berupaya maksimal menahan agar siswa tersebut tetap bersekolah, namun tidak membuahkan hasil.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini