Pakar Australia: Pandemi COVID-19 Berakhir 6 Tahun Lagi

Hal itu berdasarkan pernyataan Pakar penyakit menular di Australian National University (ANU) Sanjaya Senanayake.

Pebriansyah Ariefana
Sabtu, 13 Februari 2021 | 12:41 WIB
Pakar Australia: Pandemi COVID-19 Berakhir 6 Tahun Lagi
Kendaraan melintas di Jalan Sudirman, Jakarta, Senin (14/8). [Suara.com/Oke Atmaja]

SuaraBatam.id - Pandemi COVID-19 di Indonesia berakhir 6 tahun lagi. Termasuk pandemi di seluruh dunia.

Hal itu berdasarkan pernyataan Pakar penyakit menular di Australian National University (ANU) Sanjaya Senanayake.

Dia mengatakan, dengan hanya 70 negara yang melaksanakan vaksinasi Covid-19, maka herd immunity atau kekebalan kelompok di seluruh dunia akan sulit terbentuk.

Lebih lanjut, kata Senanayake, mungkin butuh waktu lebih dari 6 tahun untuk dunia bisa mengatasi Covid-19.

Baca Juga:Antisipasi Corona, Warga Riau Diimbau Tidak Keluar Kota Selama Libur Imlek

"Pada tingkat vaksinasi saat ini, diperkirakan kita tidak akan mencapai cakupan global 75 persen dengan vaksin selama sekitar 6 tahun," kata Senanayake, dikutip dari Daily Star.

"Bukan 1 atau 2 tahun, tapi 6 tahun." lanjutnya.

Senanayake pun memperingatkan bahwa situasi pandemi ini tidak akan terselesaikan sampai virus Corona benar-benar dihilangkan atau setidaknya dikendalikan di setiap bagian dunia.

Terlebih virus ini terus mengalami mutasi yang bisa saja membahayakan umat manusia.

Menyinggung pemerintah Australia yang tengah menyelesaikan produksi vaksin Corona AstraZeneca sebanyak 50 juta dosis di Melbourne, Senanayake mengatakan bahwa negaranya tidak akan mendapat manfaat penuh dari pelaksanaan vaksinasi jika masih banyak negara lain yang belum melaksanakannya, karena kekurangan pasokan vaksin.

Baca Juga:Sepi Pengunjung, Hotel Bintang 5 Jualan Nasi Rames di Pinggir Jalan

"Jika kita melanjutkan vaksinasi ini, sementara di bagian lain dunia infeksi (Covid-19) masih terus tidak terkendali, maka kita akan melihat mutasi (virus Corona) yang jauh lebih jahat akan muncul, yang mungkin berdampak pada kemanjuran vaksin," jelasnya.

"Oleh karena itu, jika Anda percaya pada nasionalisme vaksin... Anda juga harus merangkul altruisme (kesejahteraan orang lain) dan memastikan vaksin diberikan dalam jumlah yang cukup dan tepat waktu ke negara berkembang," tuturnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini