SuaraBatam.id - Hingga kini, berbagai spekulasi bermunculan seputar nama bursa calon Kapolri. Indonesia Police Watch (IPW) menyebut, di lingkungan Istana Kepresidenan sudah mengkristal dua nama calon Kapolri.
"Dari senior Akpol '88 dan junior Akpol '91. Sementara dari kalangan internal Polri berharap Presiden Jokowi memilih jenderal senior," ucap Ketua Presidium IPW, Neta S Pane melalui keterangan resmi, dikutip Batamnews dari CNN Indonesia, Kamis (7/1/2021).
Jika merujuk hal itu, saat ini terdapat beberapa nama yang merupakan lulusan Akpol 1988 di jabatan Komisaris Jenderal.
Mereka ialah Gatot Eddy yang menjabat sebagai Wakapolri, dan Boy Rafli Amar yang menjabat sebagai Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).
Baca Juga:Sindir BEM UI Soal Pembubaran FPI, Denny Siregar: Masih Korengan Pantatnya
Kemudian, Kepala Bagian Intelijen dan Keamanan (Kabaintelkam) Polri, Komjen Rycko Amelza Dahniel; Wakil Kepala Badan Siber dan Sandi Negara, Komjen Dharma Porangkun; Sestama BIN, Komjen Bambang Sunarwibowo dan Irjen Kementerian Hukum dan HAM, Komjen Andap Budhi Revianto, mantan Kapolda Kepri
Sementara, lulusan paling junior Akpol '91 dari jajaran Komjen di Korps Bhayangkara saat ini hanya ada nama Listyo Sigit Prabowo yang kini menjabat sebagai Kabareskrim Polri.
Dengan susunan seperti itu, kata Neta, Jokowi masih dapat mengangkat setidaknya dua kapolri lagi selama masa jabatannya sebagai presiden di periode 2021-2024.
"Pertama, figur yang diangkat menjadi Kapolri adalah jenderal senior dengan NRP 65 yang berakhir masa tugasnya di tahun 2023. Kedua, kapolri NRP 65 yang pensiun di tahun 2023 itu selanjutnya akan digantikan oleh jenderal dengan NRP 67 atau 68 yang berakhir masa dinasnya di tahun 2025 atau 2026," ucapnya.
Neta menilai bahwa penilaian presiden terhadap calon Kapolri baru itu harus jauh dari masalah politik sosial yang berkembang.
Baca Juga:Idham Azis Ajukan Surat Permohonan Pengganti Kapolri ke Jokowi
Kata dia, saat ini suksesi pengganti Idham seringkali diwarnai situasi sosial politik yang penuh dinamika. Sehingga kerap muncul isu keagamaan yang dibawa dalam pergantian pucuk pimpinan Korps Bhayangkara itu.
"Presiden harus memilih figur Kapolri yang tidak hanya loyal, tapi juga harus memilih figur yang mampu mengkonsolidasikan institusinya dengan kapabilitasnya yang disegani senior maupun juniornya," tandas dia.
Hingga saat ini belum ada pernyataan dari pihak Istana Kepresidenan terkait penunjukan Kapolri dan Wakapolri.