"Risikonya terlalu besar. Namun, ia senang karena akan mendapatkan alat pelindung diri dari China," kata Barry lewat unggahannya di Twitter.
Sejauh ini, belum ada pasien positif COVID-19 yang diumumkan oleh otoritas di Korea Utara. Namun Badan Intelijen Korea Selatan (NIS) mengatakan kemungkinan Korut turut terdampak COVID-19 terbuka luas karena negara itu memiliki hubungan dagang dan interaksi antarwarga dengan China sebelum perbatasan dua negara ditutup pada akhir Januari 2020.
China merupakan negara pertama yang melaporkan penularan COVID-19 pada akhir tahun lalu.
Microsoft bulan lalu mengatakan beberapa kelompok peretas dari Korea Utara mencoba masuk ke dalam sistem milik sejumlah perusahaan pembuat vaksin di beberapa negara. Microsoft, perusahaan software asal AS, tidak menyebut nama-nama perusahaan yang jadi target retas.
Baca Juga:Ruang Penyimpanan Vaksin Covid-19 di RSUD Kabupaten Tangerang
Beberapa narasumber menyebut AstraZeneca, perusahaan farmasi asal Inggris, jadi salah satu target para peretas asal Korut.
NIS pekan lalu mengatakan pihaknya telah menghalau upaya Korut meretas sistem komputer milik perusahaan Korsel yang mengembangkan vaksin COVID-19. (ANTARA)