200 Salinan Teori Sains Newton Ditemukan

Teori sains berbentuk buku diterbitkan Sir Isaac Newton telah lama dianggap sangat langka.

Dythia Novianty
Minggu, 15 November 2020 | 11:37 WIB
200 Salinan Teori Sains Newton Ditemukan
Salinan Newton. [Caltech.edu]

SuaraBatam.id - Setelah bertahun-tahun, sepasang sejarawan melacak hampir 200 salinan tambahan dari buku perintis teori sains yang diterbitkan Sir Isaac Newton dan menduga bahwa ratusan lagi masih belum ditemukan. Kabarnya, hanya 189 edisi pertama yang dikenal di seluruh dunia.

Buku itu adalah "Philosophiae Naturalis Principia Mathematica" karya Newton, juga dikenal sebagai "Principia". Ditulis dalam bahasa Latin, buku tersebut menguraikan tiga hukum gerak Newton, yang masih menjadi landasan fisika modern, dan menjelaskan bagaimana gaya gravitasi membentuk orbit planet.

Salinan edisi pertama sangat berharga sehingga pada 2016, satu dilelang seharga 3,7 juta dolar AS (1 dolar AS = Rp 14.212), harga tertinggi yang pernah dibayarkan untuk buku ilmiah cetak, dilansir laman Live Science, Minggu (15/11/2020). Sensus salinan Principia yang dilakukan pada 1953, mengungkapkan 189 buku di 16 negara. Dalam survei baru, para peneliti melacak ratusan buku yang telah lama hilang, yang pada akhirnya menghitung total 387 buku di 27 negara.

Mereka menyimpulkan bahwa karya ilmiah ini, meskipun terkenal sulit dipahami, kemungkinan memiliki khalayak yang lebih luas setelah dipublikasikan daripada yang diperkirakan sebelumnya.

Baca Juga:Astronom Tri L Astraatmadja (Part 3): Sains Perlu Dikenalkan Sejak Dini

"Sensus yang lebih tua mengasumsikan cetakannya sangat kecil, karena mereka berasumsi bahwa sangat sedikit orang yang dapat membaca buku itu. Jadi mereka memperkirakan hanya sekitar 250 eksemplar yang diterbitkan," kata pemimpin penulis studi Mordechai Feingold, seorang profesor Sejarah Sains dan Humaniora di Caltech di Pasadena, California.

"Kami percaya bahwa mungkin sebanyak 750 eksemplar diterbitkan, yang berarti setidaknya ada 200 atau lebih eksemplar di luar sana," kata Feingold kepada Live Science.

Penyelidikan dimulai hampir satu dekade lalu dengan makalah yang ditulis oleh rekan penulis studi Andrej Svoreník, sekarang menjadi peneliti pascadoktoral di Departemen Ekonomi di Universitas Mannheim di Jerman. Pada saat itu, Svoreník adalah seorang siswa di Caltech, dan dia mengambil kursus dalam sejarah sains yang diajarkan oleh Feingold.

Svoreník berasal dari Slovakia, dan untuk makalahnya ia berharap dapat mengidentifikasi salinan Principia di Eropa Tengah, menurut sebuah pernyataan. Dia heran menemukan banyak salinan yang belum dimasukkan dalam sensus 1953, dan Feingold menyarankan agar mereka memulai survei baru untuk mengoreksi jumlah yang sudah ketinggalan zaman.

Pada 2012 dan 2013, para peneliti mencari petunjuk tentang salinan Principia, menyisir catatan, mencari database perpustakaan, dan menelepon perpustakaan untuk mengonfirmasi bahwa buku memang edisi pertama dan bukan faksimili, kata Feingold. Dia mengungkapkan bahwa satu salinan yang dilacak ke pelelangan ternyata telah dicuri dari perpustakaan, yang segera diberitahukan oleh Feingold dan Svoreník.

Baca Juga:Kelewat Dramatis! Adegan Jatuh di Film India Ini Bisa Bikin Newton Menangis

"Perwakilan perpustakaan menghubungi balai lelang dan beberapa negosiasi berlangsung," katanya. Perpustakaan pasti menerima sejumlah kompensasi "karena buku itu kembali dilelang tahun berikutnya," tambahnya.

Meskipun para peneliti menemukan hampir 400 eksemplar buku tersebut, ratusan lagi kemungkinan menunggu untuk ditemukan, tulis mereka dalam penelitian tersebut.

Beberapa catatan didokumentasikan ketika Newton mengirim buku ke rekannya, tetapi jejaknya kemudian menjadi dingin. Demikian pula halnya dengan buku yang dikirim ke ahli matematika dan fisikawan Belanda terkenal Christiaan Huygens, yang salinannya masih hilang.

"Dan masih banyak, banyak perpustakaan lain yang katalognya tidak online, yang belum kami dekati," kata Feingold.

Salinan Newton. [Caltech.edu]
Salinan Newton. [Caltech.edu]

Selain salinan perpustakaan yang masih terhitung jumlahnya, banyak buku juga diketahui berada dalam koleksi pribadi.

"Itu yang paling sulit dilacak, karena kebanyakan kolektor adalah perorangan yang tidak ingin namanya disebut atau dikenal," kata Feingold.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini