Scroll untuk membaca artikel
Eko Faizin
Minggu, 19 Juni 2022 | 09:36 WIB
Penemuan bayi dalam kardus minuman mineral di Bintan. [Foto: Ary/Batamnews]

SuaraBatam.id - Sesosok bayi ditemukan dalam kardus bekas minuman mineral di Samping Panti Asuhan Bina Insani, Kampung Sidomulyo, Kelurahan Seilekop, Bintan Timur pada Sabtu (18/6/2022) sore.

Polisi bersama kelurahan dan Yayasan Panti Asuhan Bina Insani kemudian membawa bayi malang tersebut ke Puskesmas Seilekop, Bintan Timur.

Bayi berjenis kelamin laki-laki tersebut langsung diperiksa guna mengetahui kondisi kesehatannya.

Bidan Puskesmas Seilekop, Anita mengatakan, pihaknya telah melakukan pemeriksaan terhadap bayi laki-laki tersebut. Baik kondisi kesehatan, berat badan dan panjangnya.

"Bayi itu memiliki bobot 24,7 Kilogram (Kg) dan panjangnya 46 Cm. Kondisinya sehat," ujar Anita dikutip dari Batamnews.co.id--jaringan Suara.com, Minggu (19/6/2022).

Untuk dari hasil pemeriksaan luar tubuhnya, kata Anita, tidak ditemukan adanya luka atau tanda-tanda kekerasan. Namun ada yang aneh dengan bentuk tali pusar bayi tersebut.

Sesuai standar medis, sisa pusar yang telah dipotong sepanjang 2-3 Cm. Namun pusar yang dimiliki bayi ini panjangnya tidak sampai 1 Cm.

Kemudian pusarnya masih ada bercak darah dan rambutnya juga masih basah dengan air ketuban.

"Melihat dari bentuk pusarnya kita bisa asumsikan bahwa bayi ini bukan dilahirkan di tempat fasilitas kesehatan melainkan prosesnya kelahirannya ditangani sendiri. Lalu usia kelahirannya baru hari ini sekitar 6-7 jam lalu," jelasnya.

Kini bayi tersebut ditangani pihak medis. Sebab harus dijaga dan ditangani ekstra apalagi proses persalinannya tidak sesuai dengan standar medis.

Kemudian tali pusar yang pendek juga bisa berdampak pada kondisi kesehatannya sewaktu-waktu. Bayi rentan infeksi dan demam. Maka dengan berada di puskesmas, bayi akan selalu mendapat penanganan.

"Paling tidak kita tunggu sampai tali pusarnya mengering. Itu bisa menelan waktu 4-7 hari bahkan lebih. Jadi selama proses itu, dikawatirkan kesehatan bayi bisa berubah sehingga harus dirawat di puskesmas," katanya.

Load More