SuaraBatam.id - Candi Borobudur yang terletak di Magelang, Jawa Tengah tidak pernah surut dikunjungi wisatawan, lokal maupun wisatawan mancanegara.
Namun, belakangan Pemerintah mengumumkan harga tiket masuk Candi Borobudur untuk turis lokal sebesar Rp 750 ribu per orang.
Harga tersebut tentu saja menuai kontroversi masyarakat Indonesia karena terbilang mahal.
Terlepas dari masalah tersebut, Candi Borobudur punya kisah atau sejarah panjang di Indonesia terutama dalam perkembangan agama Buddha di Indonesia.
Baca Juga: Banjir Protes, Kenaikan Harga Tiket Candi Borobudur Akhirnya Ditunda
Candi Borobudur juga sempat masuk daftar 7 keajaiban dunia pun sudah dikenal hingga mancanegara.
Terlebih, bangunan bersejarah itu disebut sebagai monumen Budha terbesar yang ada di dunia, menurut laman Kementerian Pariwisata.
Lalu, seperti apa sejarah dari Candi Borobudur tersebut? Simak informasi lengkapnya berikut ini,
Sejarah singkat Candi Borobudur
Merujuk pada sejarah, Candi Borobudur dibangun pada abad ke-8 dan 9 sekitar tahun 800 masehi pada masa pemerintahan dinasti Syailendra.
Baca Juga: Upanat, Misi Keseimbangan antara Konservasi dan Pemanfaatan Candi Borobudur
Pembangunan Candi Borobudur diprediksi membutuhkan waktu hingga puluhan bahkan ratusan tahun, sampai benar-benar terbentuk pada masa pemerintahan raja Samaratungga di tahun 825.
Dalam sejarah sendiri, belum ada yang menjelaskan siapa sosok yang membangun candi Borobudur tersebut. Sebab, pada masa itu, agama Hindu dan Budha berkembang bersamaan di pulau Jawa.
Tercatat dalam sejarah, Dinasti Syailendra diketahui merupakan penganut agama Budha aliran Mahayana, sementara di area Borobudur juga terdapat penganut Hindu yang beraliran Siwa.
Para arkeolog menyebut, pembangunan Candi Borobudur sempat mengalami perombakan hingga empat kali.
Mulanya, dikabarkan pembangunan Candi Borobudur ini dimulai dengan meratakan daratan yang ada di sekitar candi, lalu memadatkan tanah dengan batu, untuk kemudian dibentuk struktur piramida.
Struktur tersebut lalu diubah, karena luas undakan persegi dan melingkar di area tersebut ditambah. Setelah itu, Candi Borobudur mengalami perubahan terakhir pada undakan melingkar dan dilakukan pelebaran ukuran pondasi.
Candi Borobudur sempat tertutup lapisan tanah dan debu vulkanik selama berabad-abad dan ditumbuhi pohon serta semak belukar, hingga menyerupai bukit. Kemegahan Candi tersebut pun terkubur.
Diduga, hal tersebut karena adanya erupsi Gunung Merapi dan beralihnya keyakinan penduduk dari Budha ke Islam.
Eksistensi Candi Borobudur kembali pada masa Thomas Stamford Raffles, saat ia menjabat sebagai Gubernur Jenderal di pulau Jawa pada 1811.
Pada saat itu, Raffles mendengar terdapat bangunan besar yang tersembunyi jauh di dalam hutan yang ada di dekat desa Bumisegoro. Ia kemudian mengutus insinyur Belanda bernama Christian Cornelius untuk melakukan pemeriksaan.
Penemuan kembali Candi Borobudur tersebut tersebar dan menjadi malapetaka, yaitu terjadinya kerusakan di banyak tempat.
Pada akhir tahun 1960-an, pemerintah Indonesia meminta bantuan kepada UNESCO untuk mengatasi permasalahan yang ada di Candi Borobudur tersebut.
Membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang sangat besar untuk memperbaiki Candi Borobudur, hingga akhirnya UNESCO menetapkan candi tersebut sebagai SItus Warisan Dunia pada 1991.
Selain sejarah yang cukup panjang, Candi Borobudur juga menyimpan sejumlah fakta-fakta unik, di antaranya sebagai berikut:
Candi Borobudur memiliki 2.672 panel relief dan 504 arca Buddha yang menjadikan Candi Borobudur sebagai pemilik relief Buddha terlengkap dan terbanyak di dunia.
Arca kepala Budha asli kerap kali dicuri untuk kemudian dijual di pasar barang antik, kolektor, dan pasar ilegal. Tercatat, dari 504 arca Buddha, terdapat banyak archa yang ditemukan dalam kondisi tanpa kepala.
Candi Borobudur pernah dibom setelah pemugaran ke-2, di tahun 1985. Sebanyak 13 bom diletakan oleh pelaku di sejumlah stupa kecil.
Sebanyak 9 dari 13 bom tersebut meledak dan kemudian menghancurkan ratusan balok batu stupa.
Pemerintah Hindia Belanda sempat mendirikan warung kopi di puncak stupa saat pertama kali ditemukan.
Berita Terkait
-
InJourney Proyeksikan Hampir 300 Ribu Orang Kunjungi Candi Borobudur dan Prambanan pada Nataru
-
Restoran Ini Jadi Magnet Baru Wisatawan di sekitar Candi Borobudur
-
Tagar Pray for Borobudur Ramai di Medsos, Ini Penyebabnya
-
Gaet Thai Airways, InJourney Bidik Umat Budha di ASEAN Bisa Kunjungi Candi Borobudur
-
Keren! Ada Pertunjukan Video Mapping di Stasiun MRT Bundaran HI
Tag
Terpopuler
- Dihina 'Jual Diri', Fitri Salhuteru Bongkar Aib Nikita Mirzani: Pernah Ditangkap di Hotel dengan Barang Bukti Kondom
- Pagar Laut Tangerang Diduga Dikuasai Aguan, Sindiran Pedas Rocky Gerung: Kalau Mau HGB, Izinnya ke Ikan
- Media Belanda: Patrick Kluivert Orang Belanda Terburuk Keempat Sepanjang Masa
- Mengintip 3 Koleksi Mobil Mayor Teddy Versi LHKPN, Kekayaannya Tembus Rp15 Miliar
- Ciut Lawan Denny Sumargo? Farhat Abbas Minta Maaf usai Kubu Agus Salim Ancam Penjarakan 10 Ribu Warga NTT
Pilihan
-
Gol Dramatis Jelang Bubaran, Borneo FC Kalahkan Kaya FC-Iloilo
-
Gabung Grup 'Neraka' di Piala Asia U-17 2025, Nova Arianto: Mereka Tim-tim Juara
-
Saham PIK 2 Milik Aguan Terkena 'Abrasi' Pagar Laut, Anjlok Hampir 20 Persen
-
Saham Emiten Milik Aguan PANI Kebakaran Hari Ini, Gegara Pagar Laut Tangerang?
-
Resmi! Penampakan Jersey Baru Timnas Indonesia, Usung Nuansa Klasik dan Budaya Nusantara
Terkini
-
Longsor di Batam, 13 Orang Dievakuasi, 4 Masih Dicari
-
Konsultan Keamanan Siber: Tak Ada Serangan Siber Ransomware pada Sistem Perbankan BRI
-
Membongkar Hoax Ransomware yang Dikaitkan dengan BRI
-
BRI Menjamin Keamanan Data dan Dana, Transaksi Tetap Normal
-
Natal Romantis di Batam? Ada Paket Lengkap di Hotel Santika!