Scroll untuk membaca artikel
Eliza Gusmeri
Jum'at, 13 Mei 2022 | 18:03 WIB
Suasana ruang kelas seadanya yang ada di SMAN 25 Batam. Masing-masing Ruang Kelas hanya dipisahkan dengan papan tulis sebagai sekat (suara.com/partahi)

SuaraBatam.id - Siswa SMA Negeri 25 Batam, Tanjung Buntung, Batam, Kepulauan Riau  harus berlajar di kelas yang dibangun di lahan kavling, dengan kondisi terbuka seperti foodcourt.

Masing-masing ruangan kelas di pisahkan dengan papan tulis, menggunakan meja dan kursi plastik untuk belajar.

Kepala Sekolah SMA Negeri 25 Batam, Muhammad Syurman Rizal menyebutkan ruang kelas sementara itu rawan apabila kondisi cuaca tengah hujan disertai angin.

Namun pihak sekolah menyiasati dengan memberi jaring penghalang air yang digunakan dalam mengelilingi lokasi yang hanya di pisah oleh papan tulis sebagai sekat pembatas antar kelas.

Baca Juga: Sebanyak 73 Warga Batam Gagal Berangkat ke Tanah Suci Tahun Ini karena Tak Penuhi Persyaratan Usia

Tidak hanya cuaca hujan, cuaca panas eksrem yang terjadi saat ini juga menimbulkan ketidaknyamanan bagi para siswa.

"Cuaca panas dan hujan yang disertai angin kencang pasti menganggu karena tempat yang tersedia tidak memiliki dinding. Tapi kami sudah sediakan persiapan untuk menghadapi hal itu, dan para guru juga sudah selalu bersiap," terangnya saat ditemui, Jumat (13/5/2022) siang.

Syurman Rizal juga mengatakan pihaknya mulai menempati lokasi SMAN 25 sejak diresmikan pada tahun 2019 lalu.

Namun sebelumnya, para siswa diakuinya terpaksa menampung di SMAN 8, dikarenakan pembangunan tiga ruang kelas permanen.

"Kami sebelum di sini menumpang di SMA 8. Di 2019 kami tertolong dengan belajar secara daring tapi saat tatap muka ini siswa terpaksa belajar dengan ruangan seadanya," lanjutnya.

Baca Juga: Berita Batam Kemarin 12 Mei 2022: Ular Sanca Masuk Kedai Kopi di Bintan- Pekerja Batam Terancam Diberhentikan

Sejak diresmikan, SMAN 25 kini memiliki 754 siswa, dan sebanyak 156 siswa baru saja dinyatakan lulus pada tahun 2021 kemarin.

Hal inilah yang diakuinya menjadi alasan pihak sekolah terpaksa membuat sebuah tempat khusus yang hanya dilindungi atap spandek di lahan sekolah.

"Dan masing-masing tempat dipisah papan tulis saja. Memang sih ada gangguan juga dari suara saat KBM berlangsung," paparnya.

Selain itu, dengan banyaknya siswa pihak sekolah melakukan pembagian hingga 9 rombongan belajar, yang dibagi menjadi 2 shift.

"Proses belajar mengajar menjadi dua waktu. Untuk siswa kelas 11 pada pagi hari dan kelas 10 pada siang hari.

Kondisi tersebut, ditanggapi langsung oleh Uba Ingan Sigalingging, Anggota Komisi IV DPRD Kepri, Jumat (13/5/2022) yang datang langsung ke lokasi.

"Sudah sama seperti foodcourt aja. Jadi kalau saat belajar mengajar, tentu saja masing-masing kelas sudah saling dengar. Tentu saja siswa tidak konsentrasi," tegasnya.

Perihal keberadaan SMAN 25, disebutkan Uba diketahui dari laporan masyarakat, yang mengeluhkan sistem belajar mengajar.

Namun, Uba menyampaikan, Dinas Pendidikan Kepri, hingga saat ini belum mengusulkan mengenai dana tambahan, dalam progres pembangunan SMAN 25.

Menurtnya, masih harus dialami hingga anggaran di tahun berikutnya.

"Kebetulan saya juga berada di Badan Anggaran DPRD Provinsi. Dan saat ini tidak ada usulan dari Dinas Pendidikan bagi SMAN 25. Intinya kondisi seperti ini masih akan dialami oleh siswa hingga akhir tahun. Itupun kalau di tahun depan mereka usulkan, kalau tidak tentu akan lebih lama lagi siswa merasa seperti ini," terangnya.

Kontributor : Partahi Fernando W. Sirait

Load More