Scroll untuk membaca artikel
Eliza Gusmeri
Senin, 11 Oktober 2021 | 14:05 WIB
Makan 1 Kali Sehari, Masyarakat Myanmar Diambang Kelaparan dan Kemiskinan
Foto anak-anak di Myanmar yang bersembuni di sebuah lubang berlindung dari bom.[AFP]

"Jika Anda tidak bisa menunggu, maka Anda harus membayar sogokan di pasar gelap," tambahnya.

Ketika dia melakukan hal itu pada bulan lalu dia harus membayar komisi 12% demi menarik uangnya sendiri.

Tidak ada aturan yang jelas

Bank-bank swasta membatasi jumlah uang yang dapat diambil.

Baca Juga: Remaja Disodomi Lompat dari Ruko di Batam, Kerap Diancam Pakai Silet

Bank CB di wilayah Delta Irrawaddy, misalnya, mengizinkan para pelanggan untuk menarik hanya 500 ribu Kyat (Rp586.000) dalam dua pekan.

"Bisnis kecil-kecilan sangat terpukul karena batasan ini," jelas Tun Tun, manajer cabang bank swasta yang dia namanya tidak disebutkan.

"Mereka tidak memiliki daftar perusahaan sehingga mereka tidak berhak menarik jumlah yang lebih besar yang sepuluh kali lebih banyak untuk individu," katanya kepada BBC.

"Sangat sedikit orang yang menabung sekarang. Anda dapat menghitung jumlah penabung dalam seminggu dengan jari di satu tangan. Di sisi lain, ribuan pemegang rekening menarik uang setiap hari."

Pengiriman uang juga tergantung pada ketersediaan uang tunai di kantor cabang penerima.

Baca Juga: Tak Tahan Kerap Disodomi, Remaja Nekat Lompat dari Lantai 3 Ruko di Batam

"Kami harus menelepon cabang lain untuk memeriksa apakah mereka memiliki cukup uang untuk membayar transfer", kata Tun Tun.

Ekonomi terjun bebas

Mata uang Kyat Myanmar telah melemah terhadap dolar AS lebih dari 20% sejak kudeta pada Februari.

Kehadiran masyarakat Yangon dikonter pertukaran uang asing dilaporkan melemah lebih dari 40%.

Saat ini masyarakat lebih suka menyimpan uang mereka dalam dolar atau membeli emas. Harga emas mencatat rekor baru setiap bulan sejak Februari.

Investasi pisang

Load More