Scroll untuk membaca artikel
M Nurhadi
Jum'at, 20 Agustus 2021 | 11:41 WIB
Seorang wanita mengenakan masker berjalan melewati logo Paralimpiade Tokyo 2020 di Tokyo pada 2 Februari 2021.Behrouz MEHRI / AFP

SuaraBatam.id - Kasus COVID-19 yang meningkat di Jepang akhir-akhir ini membuat negara tuan rumah Paralimpiade itu memaksa 95 persen kota di negara itu membatalkan proyek atau mengubah format mereka.

Melansir survei Kyodo News, Jumat, dari 101 pemerintah daerah yang mengajukan program bersponsor Sekretariat Kabinet yang bertujuan mempromosikan inklusivitas sosial itu, sebanyak 36 persen membatalkan acara mereka.

Sementara, 59 persen lainnya memutuskan beralih online atau menggunakan sarana komunikasi lain.

Berdasarkan survei pemerintah prefektur dan kota yang dilakukan antara akhir Juli hingga pertengahan Agustus, hanya dua persen dari pemerintah daerah yang memutuskanmelanjutkan rencana mereka.

Baca Juga: Kasus Covid-19 Masih Melonjak di 9 Provinsi, Termasuk Jateng dan Bali

Panitia bahkan mungkin membatalkan atau mengubah programnya, 37 persen mengaku mengkhawatirkan potensi dampak penyelenggaraan program.

Kenji Kanda, pengguna kursi roda berusia 48 tahun di Beppu, kota di Kyushu, yang telah membatalkan program pertukarannya, mengaku kecewa dengan keputusan ini.

"Saya senang melihat (para atlet) dari jarak dekat karena saya membayangkan itu pasti menarik," kata dia, dikutip via Antara.

Kota tuan rumah tersebut telah menyiapkan program terkait, termasuk lokakarya yang memungkinkan peserta merasakan pengalaman olahraga Paralimpiade dan program yang bertujuan  mempromosikan pemahaman mengenai penyandang disabilitas.

Menurut survei, di antara acara sampingan tersebut, hanya sembilan persen yang dibatalkan dan 41 persen telah diperkecil skalanya atau ditunda karena pandemi virus corona, tetapi sisanya tidak terpengaruh.

Baca Juga: Atlet Para-bulu tangkis dan Para-powerlifting Disambut KBRI Tokyo

Namun, 63 persen pemerintah daerah mengatakan aksesibilitas bagi penyandang disabilitas di fasilitas umum meningkat sejak bergabung dengan inisiatif tersebut.

Paralimpiade yang akan berlangsung selama 13 hari dan melibatkan ribuan atlet dari seluruh dunia, akan dimulai Selasa, sementara Tokyo tetap dalam keadaan darurat COVID-19 dan kekhawatiran publik tetap tinggi atas penyelenggaraan Paralimpiade selama pandemi.

Survei menunjukkan 47 persen pemerintah daerah agak atau sangat cemas menjadi tuan rumah Paralimpiade di tengah suara menentang yang dapat menghambat momentum menuju pembangunan masyarakat yang inklusif.

Daisuke Uehara, peraih medali perak para-hoki es dan penasihat inisiatif tersebut, menekankan pentingnya upaya berkelanjutan dalam mempromosikan masyarakat inklusif di luar Olimpiade Tokyo.

"Saya berharap mereka akan menemukan cara untuk mengubah upaya tersebut menjadi kegiatan sehari-hari," kata Uehara.

Load More