
Namun, perjalanan pabrik Batam Brickworks dalam memenuhi pasokan bahan bangunan memiliki lika-likunya sendiri seperti sempat beralih tangan dari perkongsian Raja Ali Kelana dengan Ong Sam Leong kepada Sam Bee Brick Works pada 1910.
Di bawah manajemen Sam Bee Brick Works, label BATAM pada batu bata tetap digunakan. Satu dekade kemudian, pabrik Batam Brickworks kembali dipegang oleh perusahaan Ong Sam Leong dan agen pemasaran Messrs. Boustead & Co. dari Eropa pada 1921.
Kejayaan Batam Brickworks di bawah manajemen Raja Ali Kelana lambat laun tergerus dengan adanya persoalan internal seperti macetnya produksi dan masalah keuangan. Selain itu Batam Brickworks menghadapi masalah sabotase dari pihak eksternal terkait politik.
Raja Ali Kelana menurut sejarah diduga merupakan salah seorang tokoh dari kelompok yang melawan politik kolonial pemerintahan Hindia Belanda yang memegang konsesi wilayah Pulau Batam sejak adanya Traktat London.
Baca Juga: Garuda Pancasila, Lagu Gubahan Seniman Lekra, Lembaga Kebudayaan yang Dekat dengan PKI
Alasan tekanan politiklah yang membuat Raja Ali Kelana mau tak mau harus melepaskan aset produksi Batam Brickworks pada perusahaan lain dan hijrah ke Johor guna menghindari ancaman dari Belanda pada 1911.
Sejarah usaha Raja Ali Kelana dalam membangun dan mengelola pabrik batu bata di Batu Aji, Pulau Batam, dapat dilihat sebagai sebuah pondasi awal pengembangan industri manufaktur di Pulau Batam yang diwujudkan dalam sebuah pabrik dan perusahaan miliknya yang bernama Batam Brickworks.
Sampai saat ini, sisa keberadaan batu bata produksi Batam Brickworks ini masih dapat dilihat pada bekas tiang istana laut di Kampung Bulang, Pulau Penyengat, dan di kompleks makam Tumenggung Abdul Jamal di Pulau Bulang Lintang, Batam. Pada balok-balok batu bata merah tersebut masih terlihat jelas label BATAM yang ada di permukaannya.
Bahkan jejak keberadaan posisi pabrik Batam Brickworks di Batu Aji mulai teridentifikasi. Pasalnya pihak Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Batam menguak sebuah potongan cerobong asap yang diduga merupakan satu-satunya puing bangunan yang tersisa dari pabrik batu bata kesohor tersebut.
Cerobong asap ini memiliki ukuran tinggi 3,5 meter, lebar 170 centimeter, diameter cerobong asap 65 centimeter, dan tebal bangunan 52 centimeter.
Baca Juga: Pilot Banting Setir Jadi Penjual Ikan Beromset Hingga Rp2 Miliar Tiap Bulan
Kontributor : Muhammad Subchan Abdillah
- 1
- 2
Berita Terkait
-
Sejarah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, Terjadi Hari Jumat saat Bulan Ramadhan
-
Laporkan Dipo Latief ke Polisi, Nikita Mirzani: Karena Dia dan Geng Sampahnya Menganggu
-
Rumah Lengkong, Saksi Bisu Gugurnya Mayor Daan Mogot
-
Pahlawan Seribu, Sejarah Rakyat Serpong Tangsel Mengusir Pasukan NICA
-
Pejuang asal Komering, Abdul Rozak Birokrat Menyiarkan Berita Kemerdekaan
Terpopuler
- 5 Rekomendasi Sunscreen Mengandung Kolagen, Lindungi Kulit Bikin Awet Muda
- 3 Klub Belanda yang Berpotensi Jadi Pelabuhan Baru Marselino Ferdinan
- Pernikahan Luna Maya dan Maxime Bouttier Dianggap Tak Sah, Ustaz Derry Sulaiman Bingung Sendiri
- Loyalitas Tinggi, 3 Pemain Ini Diprediksi Tetap Perkuat PSIS Semarang di Liga 2 Musim Depan
- Pernyataan Resmi PSIS Semarang Usai Jadi Tim Pertama yang Degradasi ke Liga 2
Pilihan
-
Teco Sebut Bali United Sudah Punya Nahkoda Baru, Pelatih Eliano Reijnders?
-
Buka Matamu Patrick Kluivert, Yance Sayuri Hattrick Malam Ini!
-
Hasil BRI Liga 1: Yance Sayuri Hattrick, Malut United Bantai PSIS Semarang
-
Nizar Ahmad Saputra, Dari Relawan Jokowi Kini Diangkat Jadi Komisaris Bank Syariah Indonesia
-
5 Rekomendasi Mobil Murah Rp20 Jutaan, Vibes Jadul Performa Tetap Unggul
Terkini
-
9 WNA Dideportasi Imigrasi Batam gegara Salahgunakan Izin Tinggal
-
5 Alasan Mengapa Mobil Rental adalah Pilihan Cerdas untuk Liburan Anda
-
Inilah 5 Kebiasaan yang Membuat Tagihan Listrik Bisa Bengkak!
-
Mantri Perempuan BRI Ini Refleksikan Semangat Kartini: Tanpa Lelah Berdayakan Pengusaha Mikro
-
Rayakan Hari Kartini, BRI Perkuat Komitmen pada Kesetaraan Gender, Berdayakan Kaum Perempuan