
SuaraBatam.id - Ibu hamil dan menyusui jadi salah satu kelompok yang berisiko terpapar virus dan bergejala berat, sehingga dianggap harus menerima vaksin Covid-19.
Saat ini, pemerintah melalui pihak terkait sudah menyiapkan vaksin COVID-19 merk Pfizer dan Moderna serta vaksin platform inactivated Sinovac untuk ibu menyusui.
Dosis pertama akan diberikan pada trimester kedua kehamilan atau usia kandungan 13 minggu dan dosis kedua akan dilakukan sesuai dengan interval dari jenis vaksin.
Pemberian vaksin bagi ibu hamil merujuk pada Surat Edaran Kementerian Kesehatan Nomor HK.02.01/I/2007/2021.
Baca Juga: Dampak Pandemi Covid-19, Ganjar Pranowo Sebut Ada 7.756 Jadi Anak Yatim Piatu
Dengan SE tersebut, kegiatan vaksinasi bagi ibu hamil akan dimasukkan dalam kriteria khusus sehingga proses skrining atau penyaringan vaksinasi tersebut dilakukan secara lebih detail dibanding kriteria lain.
Tidak hanya itu, Kemenkes juga turut melampirkan format data untuk melakukan skrining pada peserta vaksinasi.
Monitoring juga dilakukan guna melihat efek samping yang muncul dari pemberian vaksin COVID-19 kepada ibu hamil.
Berkaitan dengan kesehatan ibu hamil dan menyusui selama wabah, Dosen dari Departemen Gizi Kesehatan Fakultas Kedokteran Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada Dr. Siti Helmiyati nenyebut, makanan lokal memiliki kemampuan untuk mencegah kurang gizi dan stunting.
“Di mana di sini beragam teknik memasak kemudian rempah yang digunakan dan budaya-budaya makan yang ada, jadi makan tidak hanya untuk mencegah lapar dan kesehatan, tetapi juga untuk menunjukkan identitas bangsa dan budaya. Terkait untuk pencegahan stunting kita kembali kepada prinsip makanan beragam,” kata Siti dalam "Menu Sehat Dashat: Ragam Menu Dapur Sehat Atasi Stunting di Kampung Keluarga Berkualitas" secara daring di Jakarta, Jumat.
Baca Juga: Waduh, Menkeu Sri Mulyani Bilang Covid-19 Bakal Jadi Endemi Tahun Depan
Berdasarkan penelitian di Myanmar, untuk menyusun rekomendasi makanan pendamping berbasis pangan lokal, Siti mengatakan pangan lokal seperti hati ayam, ikan teri, roeseloe leaves berpotensi mencegah difisiensi zat Ca, Zn, Fe, Niasin dan folat untuk anak usia 12 sampai 23 bulan.
“Jadi mereka memberikan rekomendasi makanan pendamping berbasis pangan lokal yang berpotensi mencegah masalah gizi baduta. Akan tetapi, tetap perlu pertimbangan fortifikasi untuk memastikan anak memperoleh seluruh kebutuhan gizinya ya,” pungkasnya.
Berita Terkait
-
Kau Pergi, Tapi Tak Pernah Hilang: Doa dan Cinta untuk Doni Monardo
-
7 Skincare yang Aman untuk Ibu Hamil Rekomendasi Tasya Farasya
-
Efeknya Kalau Ibu Hamil Kekurangan Protein, Susah Sembuh Usai Lahiran?
-
5 Serum Pencerah yang Aman untuk Ibu Hamil dan Menyusui, Jangan Lupa Simak Kandungannya
-
Bukan Faktor Ekonomi, Kasus Anemia Pada Ibu Hamil Karena Minim Pengetahuan?
Terpopuler
- BREAKING NEWS: Mahasiswa PPDGS FKG Unhas Ditemukan Tak Bernyawa di Rumah Kontrakan
- 1 Detik Setelah Pascal Struijk Naturalisasi, Harga Pasar Timnas Indonesia Termahal ke-4 di Asia
- PSSI Pertimbangkan Tambah Pemain Keturunan Buntut Kasus Kevin Diks dan Dean James
- Breaking News! Laga Timnas Indonesia vs China Tak Tayang di TV
- Mengenal Siti Purwanti, Ibu Maxime Bouttier yang Meninggal di Rumah Luna Maya
Pilihan
-
Pemain Incaran Manchester City Kirim Ucapan Spesial ke Ibu Eliano Reijnders
-
GoTo Malu-malu Dilamar Grab, Mahar Sampai Rp115 Triliun?
-
Prediksi Negara Tetangga: Timnas Indonesia Dikalahkan China
-
5 Rekomendasi Tablet Murah Terbaik 2025, Penunjang Belajar hingga Urusan Kerja
-
Dear PSSI Masalah Wasit Lagi Nih! Persib Kirim Surat Protes Keras
Terkini
-
9 WNA Dideportasi Imigrasi Batam gegara Salahgunakan Izin Tinggal
-
5 Alasan Mengapa Mobil Rental adalah Pilihan Cerdas untuk Liburan Anda
-
Inilah 5 Kebiasaan yang Membuat Tagihan Listrik Bisa Bengkak!
-
Mantri Perempuan BRI Ini Refleksikan Semangat Kartini: Tanpa Lelah Berdayakan Pengusaha Mikro
-
Rayakan Hari Kartini, BRI Perkuat Komitmen pada Kesetaraan Gender, Berdayakan Kaum Perempuan