Scroll untuk membaca artikel
M Nurhadi
Kamis, 08 Juli 2021 | 10:40 WIB
Suasana di pasar tradisional Tanjungpinang, Kepri, dalam kondisi pandemi COVID-19. (ANTARA/Ogen)

SuaraBatam.id - Pedagang di Pasar Bintan Centre Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau mengaku pendapatan mereka dari hasil penjualan sayur-mayur dan ikan menurun setelah Satuan Tugas Penanganan COVID-19 setempat melakukan razia.

Pedagang sayur-mayur, Rita, di Pasar Bintan Centre Tanjungpinang, pendapatan mereka turun drastis setelah Sabtu pekan lalu Satgas Penanganan COVID-19 melakukan tes antigen kepada para pedagang.

Ia membeli sayur-mayur dalam jumlah yang banyak karena biasanya pada Sabtu san Minggu tingkat permintaan bertambah. Namun yang terjadi justru sebaliknya, ia terpaksa membuang sayur-mayur yang busuk akibat tidak laku terjual.

"Yang datang bukan pembeli, malah petugas. Pembeli pun kabur. Kami rugi sekitar Rp2 juta karena sayur-sayuran busuk, tidak laku," ucapnya, Rabu (8/7/2021).

Baca Juga: Jenazah Pasien Corona di Kepri Diambil Paksa Keluarga, Polisi Turun Tangan

Rita bukan satu-satunya pedagang yang mengalami kerugian, pedagang lainnya juga mengalami hal serupa. Kini, mereka lebih banyak duduk di lapak daripada melayani pembeli.

"Kalau hari lain dilakukan razia, tes antigen, tidak masalah. Tidak perlu dibuat heboh, tutup beberapa pintu pasar, kami tidak akan lari. Justru kami senang ikut tes antigen gratis," kata Rita.

Nasib yang sama juga dialami pedagang ikan segar di Pasar Bintan Centre. Biasanya, penjualan ikan pada Sabtu mencapai Rp10 juta. Begitu pula dengan Hari Minggu, pendapatan dari penjualan ikan bisa lebih dari Rp10 juta.

"Setelah razia itu, tidak ada lagi pembeli karena takut ke pasar. Pendapatan kami pun hanya tinggal Rp2 juta," ujar Ramli, salah seorang pedagang.

Di meja dagangan Ramli masih terdapat banyak ikan yang belum laku terjual. Ia juga telah membuang cukup banyak ikan yang busuk karena tidak laku terjual pada Sabtu dan Minggu lalu.

Baca Juga: Penjual Obat Pasar Pramuka Ditangkap Jual Ivermectin Rp 475 Ribu Per Kotak

"Pedagang lainnya juga banyak buang ikan yang tak laku terjual. Hari ini saja pendapatan kami yang biasanya Rp5 juta, tinggal 50 persen," katanya.

Lois, pedagang ikan air tawar di Pasar Bintan Centre Tanjungpinang juga merasakan dampak negatif dari razia tersebut. "Biasanya setiap hari terjual minimal 50 kg ikan, sekarang hanya laku sedikit," keluhnya.

Razia protokol kesehatan yang dipimpin Wali Kota Tanjungpinang Rahma menimbulkan polemik. Tidak hanya pedagang yang marah, melainkan juga anggota DPRD Kepri dari PDIP, Lis Darmansyah.

Lis saat menemani Yuniarni Pustoko Weni, istrinya, yang juga Ketua DPRD Tanjungpinang, mengamuk di Pasar Bintan Centre. Ia berteriak agar Satgas Penanganan COVID-19 Tanjungpinang memperlakukan pedagang dengan baik.

"Jangan perlakukan pedagang seperti maling. Mereka bukan maling, tidak perlu dikejar-kejar. Mereka bukan pelacur. Laksanakan tugas satgas dengan manusiawi," kata Lis.

Lis mengatakan setiap kebijakan yang diambil pemerintah harus terukur, jangan sampai menimbulkan permasalahan di kemudian hari.

"Perekonomian Tanjungpinang itu dibangun oleh ekonomi kerakyatan. Jadi harus berhati-hati dalam melaksanakan tugas memutus rantai penularan, jangan sampai menimbulkan ketakutan sehingga pasar menjadi sepi," tegas Lis, yang juga mantan Wali Kota Tanjungpinang.

Aksi Lis di Pasar Bintan Centre menyinggung Rahma. Rahma tidak menyebutkan nama Lis, meski mengatakan ada seseorang yang mencari panggung dan mengganggu razia protokol kesehatan.

"Saya ini pemimpin di Tanjungpinang memiliki tugas memutus rantai penularan COVID-19," tutupnya.

Load More