Scroll untuk membaca artikel
M Nurhadi
Kamis, 03 Juni 2021 | 15:50 WIB
Evakuasi pasien COVID-19 Tanjungpinang tanpa gejala yang dikarantina terpadu di Hotel Lohas, Bintan, Kepri (ANTARA/Nikolas Panama)

SuaraBatam.id - Menanggapi adanya laporan pasien Covid-19 yang mengalami sulit tidur atau insomnia, Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau menyebut perlunya uji klinis terkait hal ini.

Kepala Dinkes Bintan Gama AF Isnaeni mengatakan, sejumlah pasien COVID-19 di daerah tersebut yang mengalami kesulitan tidur merupakan kasus baru, yang ditemukan baru-baru ini.

Namun pemerintah maupun tim medis belum dapat menyimpulkan kasus itu sebelum dilakukan penelitian oleh para ahli.

Dokter ahli syarat, contohnya harus memastikan apakah COVID-19 mengganggu syaraf pasien. Kemudian, psikiater juga dibutuhkan untuk memeriksa pasien, apakah ada permasalahan nonmedis, yang menyebabkan pasien sulit tidur.

Baca Juga: Selain Amerika, Ini 4 Negara yang Sudah Bebas Masker

"Kami belum dapat pastikan apakah ada hubungan antara COVID-19 dengan gangguan tidur pada pasien. Apakah ini masuk dalam kategori organik, ada hubungan antara COVID-19 dengan pasien, atau hanya tekanan yang menyebabkan pikiran yang berlebihan," katanya kepada Antara.

Camat Bintan Utara, Firman Setyawan kesulitan tidur (insomnia) setelah terinfeksi COVID-19. Sejumlah orang yang tertular COVID-19 di Bintan pun, mengalami kesulitan tidur.

"Saya mulai mengalami insomnia setelah lima hari terinfeksi COVID-19. Kemudian setelah sembuh pun saya masih sulit tidur," kata Firman, di Bintan, Kamis (3/6/2021).

Firman terinfeksi COVID-19 setelah menuntaskan penerimaan vaksin. Ia mengalami gejala berupa batuk dengan intensitas tinggi, yang menyebabkan nyeri pada bagian dadanya.

Batuk disertai nyeri pada bagian dada tersebut terjadi selama dua hari. Setelah lima hari terinfeksi COVID-19, jadwal tidurnya mulai berubah.

Baca Juga: Vaksin Sinovac Dapat EUL dari WHO, Ini Manfaatnya Menurut Wamenkes

Firman menyatakan baru bisa tidur pada pukul 05.00 WIB, setiap hari. Padahal matanya mengantuk sejak malam hari.

"Saat saya terinfeksi COVID-19, mungkin banyak pikiran karena ada tugas-tugas yang belum dilaksanakan, seperti pelaksanaan MTQ. Tetapi kemudian saya tidak ada beban pikiran apa-apa, tetapi masih juga sulit tidur," ucapnya.

Firman mengemukakan jadwal tidurnya sekarang mulai sedikit ada perubahan. Sejak beberapa hari lalu, ia sudah bisa terlelap tidur mulai pukul 03.00 WIB.

Ia sendiri tidak mengetahui apakah ada hubungan antara COVID-19 dengan insomnia. "Saya sudah tanyakan ke dokter. Jawabannya karena dipengaruhi pikiran. Padahal tidak ada hal berat yang menyebabkan saya sulit tidur," katanya.

Load More