SuaraBatam.id - Permainan anak zaman dulu yang identik dengan Ramadhan dan Hari Raya salah satunya meriam bambu sederhana kini mulai sulit ditemukan. Majunya zaman mengalahkan budaya unik yang satu ini.
Di Kabupaten Lingga, Kepulauan Riau (Kepri), khususnya Daik Lingga sudah jarang terdengar suara dentuman meriam bambu atau lebih dikenal dengan sebutan `bedil`atau "dor-doran" itu.
Untuk membuatnya sebenarnya cukup mudah, dua bahan dasar yakni karbit dan minyak tanah bisa dengan mudah dibeli di pengecer. Karbit kemudian dipotong dalam ukuran kecil, kemudian dicampur air dan dimasukkan ke dalam bedil.
Apabila memakai minyak tanah. Minyak cukup dimasukkan ke dalam bambu, kemudian bambu yang sudah dilubangi di disulut dengan api.
Jika memainkannya dengan minyak tanah, bedil tidak langsung berbunyi. Butuh proses. Bedil harus ditiup, kemudian disulut api, begitu lah hingga bagian bedil panas.
Setelah mulai panas, bedil akan mulai mengeluarkan bunyi mulai dari perlahan hingga kuat. Bedil biasanya dibuat dari bambu besar dan berkulit tebal dan liat.
Pasalnya, kekuatan ledak bedil kadang membuat bambu pecah. Ada pula yang menyebutkan, semakin besar bambu maka semakin kuat juga bunyi yang dihasilkan bedil tersebut.
Untuk membuatnya sendiri juga tidak sulit, bambu dipotong beberapa ruas. Ruas bambu dilubangi, kecuali ruas terakhir di mana ada lobang kecil untuk disulut api.
"Dhuarrr!!" suara menggelegar
Baca Juga: Nonton Live Komunitas Otomotif dan Ikut #KebaikanTanpaModal Berhadiah Seru
Saat petasan meriam, bedil atau meriam bambu masih disukai banyak kalangan, biasanya dimainkan anak-anak dan remaja pada bulan Ramadan. Lantas ia pun menjadi tradisi.
Sayangnya, beberapa tahun terakhir ini, nyaris tak ada yang memainkan tradisi leluhur ini. Ia ditelan permainan yang dianggap lebih kekinian.
Bahkan saat ini, sudah ada bedil jenis baru. Bukan dari bambu, melainkan dari pipa paralon dan ada juga dari kaleng bekas yang disambung menggunakan lakban.
Kehadiran bedil ini turut menenggelamkan bedil bambu yang dulunya kerap dimainkan. Terlebih dengan hadirnya petasan.
Bedil bambu pun seolah tak dilirik lagi. Hanya segelintir anak-anak saja yang memainkannya hingga kini makin sulit ditemui.
Berita Terkait
-
Tak Kapok Tangannya Putus Kena Ledakan Petasan, Pria Ini Malah Buat Mercon
-
Dua Rumah Hancur Akibat Ledakan Petasan Seberat 5,5 Kilogram
-
Tiap Tahun Remaja Dusun di Situbondo Ini Perang Petasan, Polisi Disiagakan
-
Duar! Petasan Seberat 5,5 Kilogram Meledak, 2 Rumah di Cilacap Hancur
-
Sekujur Tubuh Anak Ini Terbakar Saat Bermain Petasan di Belakang Rumah
Terpopuler
- 5 Motor Matic Paling Nyaman & Kuat Nanjak untuk Liburan Naik Gunung Berboncengan
- 4 Rekomendasi Cushion dengan Hasil Akhir Dewy, Diperkaya Skincare Infused
- 5 HP RAM 8 GB Memori 256 GB Harga Rp1 Jutaan, Terbaik untuk Pelajar dan Pekerja
- Diminta Selawat di Depan Jamaah Majelis Rasulullah, Ruben Onsu: Kaki Saya Gemetar
- Daftar Promo Alfamart Akhir Tahun 2025, Banyak yang Beli 2 Gratis 1
Pilihan
-
Cerita 1.000 UMKM Banyuasin: Dapat Modal, Kini Usaha Naik Kelas Berkat Bank Sumsel Babel
-
Seni Perang Unai Emery: Mengupas Transformasi Radikal Aston Villa
-
Senjakala di Molineux: Nestapa Wolves yang Menulis Ulang Rekor Terburuk Liga Inggris
-
Live Sore Ini! Sriwijaya FC vs PSMS Medan di Jakabaring
-
Strategi Ngawur atau Pasar yang Lesu? Mengurai Misteri Rp2.509 Triliun Kredit Nganggur
Terkini
-
Wakil Kepala BGN Ingatkan Pihak Terkait MBG Bekerja Sama dengan Baik
-
BGN Minta Mitra dan Yayasan Peduli Terhadap Siswa-siswi Penerima Manfaat
-
Pejabat Utama dan Kapolres di Polda Kepri Dimutasi, Berikut Namanya
-
Anggota Polisi di Kepri Jalani Sidang Etik usai Diduga Aniaya Pacar
-
Menu MBG Dirancang Sesuai Angka Kecukupan Gizi Harian Siswa