Scroll untuk membaca artikel
M Nurhadi
Kamis, 22 April 2021 | 13:35 WIB
Sejumlah prajurit TNI-AL awak kapal selam KRI Nanggala-402 berada di atas lambung kapal setibanya di Dermaga Koarmatim, Ujung, Surabaya, Jatim, Senin (6/2/2012). Kapal selam tersebut kembali bergabung dengan TNI AL usai menjalani perbaikan menyeluruh di galangan kapal Daewoo Shipbuilding & Marine Engineering, Okpo, Korea Selatan. [Antara/M Risyal Hidayat]

SuaraBatam.id - Kapal selam KRI Nanggala-402 yang hilang di sekitar perairan Bali disebut hanya memiliki sedikit waktu untuk bertahan. Sisa cadangan oksigen yang tersedia dalam kapal tersebut diperkirakan hanya akan bertahan dalam 60 jam ke depan.

Padahal, di dalam KRI Nanggala-402 ada 53 awak yang sebelumnya dijadwalkan ikut dalam latihan penembakan melalui kapal selam KRI Nanggala-402.

 Pengamat Militer dan Intelijen, Susaningtyas Kertopati menyebut, dengan waktu yang disebut diatas masih ada peluang untuk dilakukan combat SAR.

“Lost contact KRI Nanggala-402 sebenarnya masih ada peluang untuk melakukan Combat SAR. Kemampuan menyelam normal pada ambang batas kedalaman operasional adalah 48 jam ditambah cadangan darurat untuk 24 jam sehingga total 72 jam. Menurut kemampuan tersebut kesempatan masih terbuka melakukan operasi Combat SAR sampai dengan 58-60 jam ke depan,” kata dia, melansir Hops.id (jaringan Suara.com).

Baca Juga: Tak Ada Alat Angkut, Ismerlo Diminta Bantu Cari KRI Nanggala-402 di Laut

Sejumlah pencarian juga terus dilakukan, salah satunya dengan cara memantau ceceran minyak di laut lantaran hal itu menjadi salah satu cara bagi kapal selam untuk menentukan kondisi dan titik SOS.

 Ia melanjutkan, saat ini yang perlu dilakukan yakni Panglima TNI dan KASAL secara bersama menggelar konferensi pers dan mengarahkan KRI lainnya untuk melakukan pencarian secara cepat.

Langkah ini diambil, menurutnya guna ada komunikasi dengan negara sahabat yang bisa membantu pencarian.

“Kita sangat berharap Panglima TNI dan KASAL bisa melakukannya. Dan kapal selam ini segera ditemukan. Ini merupakan kecelakaan kapal selam pertama di Indonesia,” kata dia, Kamis (22/4/2021).

Dalam pencarian ini, menurut Nining, tidak bisa menggunakan kapal penyelamat biasa melainkan dengan kapal yang memiliki teknologi termutakhir dengan fitur deteksi sonar bawah laut. Padahal, Indonesia tidak memiliki banyak kapal dengan teknologi tersebut.

Baca Juga: Tim Pencari Sriwijaya Air Kecelakaan Kini Mencari KRI Nanggala-402 di Bali

Singapura kirimkan kapal MV Swift Rescue untuk bantu cari KRI Naggala.[Facebook]

 “Maka itu, minta pertolongan, kalau India, Singapura, dan satu netaraa lain apa saya lupa, menawarkan bantuan, segera diterima saja, sebab mereka memang dikenal memiliki teknologi cangih untuk temukan kapal ini,” ucapnya.

Dia mendorong kesempatan ini harus dimanfaatkan dengan optimal. Salah satu caranya dengan mengundang Angkatan Laut negara lain.

“Kesempatan ini harus dimanfaatkan seoptimal mungkin dengan mengundang Angkatan Laut negara lain untuk melaksanakan misi kemanusiaan tersebut,” tutupnya.

Load More