Scroll untuk membaca artikel
M Nurhadi
Senin, 05 April 2021 | 14:45 WIB
Ilustrasi (www.telegraph.co.uk)

SuaraBatam.id - Ratusan juta data pengguna media sosial Facebook dikabarkan bocor. Data yang diketahui bocor tersebut berasal dari berbagai negara, termasuk Indonesia. 

CTO perusahaan intelijen kejahatan siber Hudson Rock, Alon Gal mengatakan, ada 533 juta pengguna dari 106 negara yang dibocorkan.

"Basis data itu berisi informasi pribadi seperti nomor ponsel banyak pengguna Facebook yang dimanfaatkan pelaku untuk mengambil keuntungan dari data untuk melakukan serangan social engineering atau upaya peretasan," kata Alon Gal, dikutip Business Insider, Senin (5/4/2021).

Gal menyebut, kebocoran itu terjadi pada Januari 2021 lalu yang ia dapati melalui forum peretasan mengiklankan bot otomatis yang menjual data pengguna Facebook secara ilegal.

Baca Juga: Duh! Facebook Jadi Aplikasi Paling Banyak Digunakan Pelaku Pelecehan Anak

Motherboard telah melaporkan keberadaan bot tersebut, serta mengonfirmasi data yang dihadirkan adalah sah. Bahkan, ratusan juta data itu dibagikan secara gratis sehingga mempermudah potensi kejahatan.

Business Insider sempat mencoba menghubungi oknum yang membocorkan data tersebut namun nihil.

Ini bukan kali pertama Facebook kecolongan data pengguna. Sebelumnya pada 2019 ditemukan jutaan nomor telepon pengguna diambil dari server Facebook.

Melalui akun Twitternya, Alon Gal mengungkapkan, pengguna Facebook yang datanya dicuri berasal dari 106 negara dimana Indonesia termasuk didalamnya dengan total 130.331 pengguna. 

Disusul AS sebanyak 32 juta, Inggris 11 juta dan India 6 juta. Data itu terdiri dari nomor ponsel, ID Facebook, nama lengkap, tanggal lahir, dan bio. Serta dalam beberapa kasus ada juga kebocoran alamat email.

Baca Juga: Cara Menonaktifkan Kotak Saran Teman di Facebook

Bantahan Facebook

Meski kejadian ini dianggap sebagai kesalahan besar, Facebook saat ini telah membantahnya. Juru bicara Facebook mengatakan berita kebocoran tersebut adalah data lama yang sebelumnya dilaporkan pada 2019.

"Kami menemukan dan berhasil memperbaiki persoalan ini pada Agustus 2019," ujar juru bicara Facebook, melansir Batamnews (jaringan Suara.com)

Load More