
SuaraBatam.id - Pagoda Quan Am Tu bukan rumah ibadah sembarangan. Pagoda Quan Am Tu kebakaran di Pulau Galang, Batam, Rabu (10/3/2021) pagi. Pagoda Quan Am Tu merupakan situs bersejarah Camp Vietnam, Pulau Galang, Kepulauan Riau.
Pagoda Quan Am Tu, salah satu bangunan yang menjadi saksi bisu pahitnya perjuangan Manusia Perahu dari Vietnam, luluh lantak terbakar.
Tempat ibadah bagi umat Buddha itu dibangun seiring dengan dimulainya sejarah Pulau Galang menjadi tempat penampungan pengungsi asal Vietnam.
Dibangun pada 1979, kamp pengungsi ini dibangun hanya dalam waktu beberapa bulan oleh kontraktor dalam negeri diantaranya PT Karya Titan, PT Gerindas, PT Auto Perkasa, PT Karya Baru, dan pembangunan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Pada akhir 1979 pembangunan Camp ini telah mencapai 75 persen dengan fasilitas umum pelabuhan, jalan, air, fasilitas perumahan pengungsi, dan perumahan petugas.

Se Ta Che (81), seorang saksi sejarah dan sekaligus biksu relawan yang berasal dari Tanjungpinang.
Ia ditunjuk pemerintah Indonesia kala itu untuk menjadi relawan spiritual sekaligus mendampingi para pengungsi.
"Pada tahun 1975 saya ditunjuk pemerintah Indonesia sebagai relawan spritual untuk pengungsi Vietnam di Pulau Galang," kata Se Ta Che di Pagoda Quan Am Tu dalam wawancara dengan Batamnews.
Se Ta Che lalu bercerita, ia mengisahkan bagaimana proses para pengungsi tersebut bisa ditempatkan di Pulau Galang.
Baca Juga: Kronologis Pagoda Quan Am Tu Pulau Galang Kebakaran
Para pengungsi Vietnam tersebut mulai datang pada tahun 1975, diawali dengan terdamparnya sebanyak 75 orang di Pulau Bintan.
"Yang 75 orang ditampung di Vihara Tanjungpinang, kemudian pengungsi yang lain berdatangan. Setelah itu PBB melalui pemerintah Indonesia menunjuk Pulau Galang sebagai tempat pencari suaka dari Vietnam," ungkap Se Ta Che.
Sambungnya, semenjak itu ribuan orang pengungsi singgah di Galang. Mereka datang dan pergi bergantian.
Ia mengatakan, pada masa itu ia aktif sebagai relawan spiritual mengisi siraman rohani di pagoda.
Namun, hal tersebut tidak berlangsung lama, kemudian PPB melarang warga setempat untuk berinteraksi dengan pengungsi. Hal itu untuk dilakukan untuk mengantisipasi penularan wabah penyakit yang dibawa para pengungsi atau yang waktu itu disebut penyakit Vietnam Rose.
"Semenjak dilarang saya hanya bisa masuk ke pengungsian satu atau dua minggu sekali, itu pun kalau ada bantuan masuk," kata biksu yang sudah 20 tahun bermukim di Pulau Galang ini.
Berita Terkait
-
Dashboard Digital Investasi Resmi Meluncur, Permudah Investor Mengakses Informasi
-
Trump Deal Bikin Geger, Nasib Pabrik Apple Rp 16 Triliun di Batam Gimana?
-
Sosok Aisar Baru, Sultan Singapore Keeganteng
-
5 Aksi Keji Roslina ke ART di Batam, Termasuk Panggil Pakai Nama Binatang
-
Cerita Intan ART Batam yang Dipaksa Makan Kotoran oleh Majikan, Selamat Usai Nekat Lakukan Ini
Terpopuler
- Dirumorkan Bela Timnas Indonesia di Ronde 4, Leeds Bakal Usir Pascal Struijk
- Tak Perlu Naturalisasi, 4 Pemain Keturunan Jebolan Akademi Top Eropa Bisa Langsung Bela Timnas
- Berbalik 180 Derajat, Mantan Rektor UGM Sofian Effendi Cabut Pernyataan Soal Ijazah Jokowi
- Erika Carlina Bikin Geger, Akui Hamil 9 Bulan di Luar Nikah: Ini Kesalahan Terbesarku
- 10 Rekomendasi Kulkas 2 Pintu Harga Rp1 Jutaan, Anti Bunga Es dan Hemat Listrik
Pilihan
-
Jokowi: Saya Akan Bekerja Keras untuk PSI
-
BREAKING NEWS! Menang Telak, Kaesang Pangarep Pimpin PSI Lagi
-
Karhutla Riau Makin Meluas sampai 'Ekspor' Asap ke Malaysia
-
Singgung Jokowi, Petinggi Partai Sebut PSI Bisa Gulung Tikar, Apa Maksudnya?
-
Kongres PSI: Tiba di Solo, Bro Ron Pede Kalahkan Kaesang Pangarep
Terkini
-
BRI Ingatkan Nasabah Waspadai Phishing Demi Keamanan Transaksi Digital
-
BRImo SIP Padel League 2025: BRI Ajak Generasi Muda Aktif dan Terkoneksi
-
Apresiasi BRILiaN Way, Danantara: Transformasi Culture Perkuat Posisi BRI di Asia Tenggara
-
BRI Dukung Tim LKG Indonesia Berlaga di Gothia Cup, Piala Dunia Remaja
-
BRILiaN Way, Transformasi Culture Menuju One of The Most Profitable Bank in Southeast Asia