Scroll untuk membaca artikel
RR Ukirsari Manggalani
Rabu, 25 November 2020 | 08:43 WIB
Pawang hujan kondang dari Batam, almarhum Mbah Sableng [Ist/Batamnews].

SuaraBatam.id - Warga di Paguyuban Among Wargo Jowo (Punggowo) Batam dikejutkan kabar duka tengang wafatnya seorang pawang hujan bernama Samijo atau lebih kondang disapa sebagai Mbah Sableng. Demikian dikutip dari Batamnews, mitra SuaraBatam.id.

Pada Selasa (24/11/2020) telah terjadi laka lantas atau kecelakaan lalu lintas. Pengendara sepeda motor Yamaha ZR bernomor Polisi BP 5129 ER ini tewas terlindas truk. Saat itu ia melakukan pengereman mendadak dan tubuhnya jatuh di jalur lawan, dan di saat bersamaan truk bernomor Polisi BP 9720 ZE yang bergerak dari arah Batuaji menuju Sekupang menabraknya.

Setelah kejadian, sekitar 2 m dari kendaraan yang ditabrak truk, tampak sesosok tubuh yang tak bernyawa ditutupi dedaunan.

"Innalillahi wa innailahi rojiun. Semoga khusnul khatimah, Mbah Samijo (pawang hujan di Punggowo)," ucap salah satu anggota Punggowo, Sugiarto di akun facebooknya.

Baca Juga: Di Depan TPU Sei Temiang, Pawang Hujan Meninggal Terlindas Truk

Mbah Sableng sudah melakoni pekerjaan "menjinakkan" hujan sejak awal 90-an. Ia tak hanya berpraktek di Batam, namun di sejumlah kota di Indonesia.

"Saya pernah menjadi pawang hujan di Malaysia, Australia," demikian kata Mbah Sableng semasa hidupnya seperti dikutip Batamnews dari artikel weblog ghazyan.wordpress.com.

Para klien Mbah Sableng, biasanya dari kalangan kepolisian, event organiser dan panitia-panitia acara luar ruang.

Berapa mahar sekali untuk mengatasi hujan?

Saat ditanya demikian seperti tertulis di blog, Mbah Sableng tersenyum.

Baca Juga: 27 Tenaga Medis RSUD Embung Fatimah Batam Positif Corona

"Tergantung. Kalau pesannya tiba-tiba ini maharnya harus berlipat-lipat," tuturnya.

Tapi, ancar-ancarnya minimal Rp10 juta sebulan bisa ia kantongi.

"Kalau saya mau kaya saya sudah kaya. Tapi, saya tak mau. Saya bagi-bagi rezeki itu kepada teman-teman dan orang-orang yang mau mendoakan dan mengikuti saya," ungkapnya.

Untuk menggawangi intensitas hujan agar menjadi batal di hari yang diinginkan, Mbah Sableng menyatakan tidak melakukan ritual maupun pantangan khusus. Ia hanya pantang main perempuan.

"Yang penting itu, pegangan saya nancap," jelasnya.

Pegangan Mbah Sableng adalah sebuah besi yang biasa disebut badar besi.

Load More