
SuaraBatam.id - Pemeritnah berulang kali menyatakan bahwa biaya perawatan pasien Covid-19 akan ditanggung sepenuhnya oleh pemerintah. Namun, ternyata ada syarat dan ketentuan yang harus masyarakat pahami.
Seperti yang dialami oleh Zulkarnaen (31), warga Sagulung ini sebelumnya dinyatakan terkonfirmasi positif Covid-19 sehingga ia harus dirawat sekitar 14 hari di Rumah Sakit Awal Bros (RSAB) Batam.
Ia menceritakan kisahnya saat menjalani perawatan di RSAB. Mulai dari lambatnya penananganan pemerintah hingga biaya rumah sakit yang tidak sepenuhnya ditanggung oleh pemerintah.
Ia mengatakan, dirinya mulai ada gejala tanggal 7 September 2020 lalu. Dirinya masuk ke IGD RSAB, sekitar jam 11.00 WIB.
Baca Juga: Akhirnya, Cristiano Ronaldo Negatif COVID-19
Dengan kondisi Demam mencapai 39,7 derajat, ia kemudian diperiksa dan diambil sampel darahnya untuk periksa laboratorium dan rontgen.
"Setelah pemeriksaaan, saya disarankan untuk rawat jalan dan kembali ke rumah sakit pada tanggal 09 September 2020 untuk kontrol kembali," kata Zulkarnaen kepada Suara.com, Sabtu (31/10/2020).
Namun tanggal 8 September 2020 sekitar pukul 21.00 WIB suhu tubuhnya kembali naik mencapai 39,8 derajat disertai batuk, sehingga keluarga membawa kembali ke RSAB dan masuk ke IGD.
"Kemudian dilakukan pengambilan darah dan rontgen untuk kedua kalinya. Setelah menunggu sekitar dua jam, saya dipindahkan ke rawat inap," katanya.
Tanggal 9 September 2020 dokter baru melakukan kunjungan untuk pemeriksaan. Tapi, karena saat itu sedang sarapan, dokter kembali keluar dan batal melakukan pemeriksaan.
Baca Juga: Intip Pembuatan Kue Ulang Tahun Bermotif Virus Corona
Pemeriksaan baru dilakukan satu hari setelah menjalani perawatan lantaran demam masih naik turun disertai batuk, sehingga disarankan untuk melakukan tes swab.
"Hari itu juga saya saya dipindahkan ke ruangan isolasi dan tes swab pertama. Kemudian besoknya saya dilakukan tes swab ke dua," katanya.
Berselang dua hari, tanggal 14 September 2020 perawat baru menginformasikan bahwa hasil tes yang pertama terkonfirmasi positif. Sedangkan tes swab yang ke dua tidak diberitahukan.
Selanjutnya pada tanggal 17 September 2020 infus sudah dilepas. Hanya obat minum dan suntik lengan dan perut, kemudian tanggal 19 September 2020 dilakukan tes swab ketiga.
"Tanggal 22 September 2020, saya dikabari bahwa tes swab ketiga sudah negatif dan bolehkan pulang," katanya.
Selama menjalani perawatan, ia menemukan banyak kejanggalan. Seperti saat menyampaikan hasil tes swab, pihak RSAB dinilai tidak menyampaikan secara transparan dan detail.
Saat dinyatakan terkonfirmasi positif, pihak RSAB ataupun Dinas Kesehatan (Dinkes) Batam juga lambat melakukan tracking.
Alasannya, karena istri dan anak-anaknya serta tetangga yang sebelumnya melakukan kontak langsung baru dilakukan swab tiga hari setelahnya.
"Selama tiga hari itu juga tidak ada edukasi apapun kepada keluarga saya. Alhamdullilah untungnya semua yang kontak dengan saya dinyatakan negatif," katanya.
Selain itu juga terkait pembayaran biaya rumah sakit. Ia mengakui bahwa saat masuk RSAB menggunakan asuransi pribadi sebagai jaminan.
Pihak RSAB memberitahu bahwa tagihan sampai 13 September 2020 sebesar Rp24.340.330. Dari jumlah tagihan tersebut yang disetujui oleh asuransi sebesar Rp10.635.000 dan sisanya Rp13.705.330 yang ditanggung oleh asuransi pemerintah.
"Yang jadi pertanyaan saya, kenapa RSAB langsung berkoordinasi dengan pihak asuransi tanpa melalui saya. Padahal kondisi saya bisa komunikasi dengan aktif, bisa bicara, bisa bangun bahkan tanda tangan pun saya bisa,' katanya.
Hal lain yang juga menjadi pertanyaan adalah terkait hasil tes swab. Sebelumnya pihak RSAB menyatakan bahwa hasil tes swab pertama menunjukan terkonfimasi positif.
"Tapi saat saya menerima bukti yang dikirim melalui email ternyata tes swab pertama saya negatif. Kamudian pihak RSAB baru memberi tahu bahwa yang positif adalah tes swab kedua," katanya.
Dari situlah menurut dia banyak kejanggalan, pihak RSAB kata dia beralasan terjadi miskomunikasi dan terjadi salah input hasil dari pihak laboratorium.
"Jadi seperti dibuat main-main. RSAB seharusnya bisa lebih hati-hati, karena hal ini juga menyangkut psikologis pasien," katanya.
Sampai saat ini menurut dia pihaknya tidak mendapatkan keterangan secara resmi ataupun permohonan maaf dari pihak RSAB. Karena itu pemerintah diharapkan bisa turun tangan terkait hal tersebut.
"Saya diisolasi selama 14 hari itu sudah sangat menyakitkan bagi saya, tidak bisa kemana-mana, sebagian masyarakat mengucilkan saya," pungkasnya.
Kontributor : Ahmad Rohmadi
Berita Terkait
-
Juni 'Mengerikan' Menanti Prabowo: Beban Utang Jatuh Tempo Capai Rp 178 Triliun, Warisan Pandemi
-
Harga Tiket Pesawat Medan-Batam Terkini, Sempat Rp17 Jutaan Sekali Terbang
-
Harga Tiket Pesawat Medan-Batam Tembus Rp17 Jutaan, ke Jepang Cuma Rp5 Juta
-
Rp17 Juta untuk Tiket Pesawat Domestik? Pemudik Meradang Lihat Harga Pasca Lebaran
-
Geleng-Geleng Kepala, Tiket Medan-Batam Lebih Mahal dari Terbang ke Eropa: Nyaris Rp18 Juta
Terpopuler
- Pascal Struijk: Saya Pasti Akan Memilih Belanda
- Bakal Bela Timnas Indonesia, Pascal Struijk: Saya Tak Akan Berubah Pikiran
- 1 Detik Resmi Jadi WNI, Pascal Struijk Langsung Cetak Sejarah untuk Timnas Indonesia di Liga Inggris
- Mobil Bekas Toyota di Bawah Rp100 Juta: Pilihan Terbaik untuk Kantong Hemat
- Sudahlah Lupakan Elkan Baggott, Pemain Berdarah Jakarta Ini Lebih Niat Bela Timnas Indonesia
Pilihan
-
5 Sabun Cuci Muka untuk Kulit Kering, Recommended Teregistrasi BPOM
-
Indonesia Getol Negosiasi Bareng AS, Hubungan dengan China Terancam?
-
Bocoran Eksklusif dari Belanda: Simon Tahamata Jadi Dirtek Timnas Indonesia?
-
BREAKING NEWS! Ciro Alves Tinggalkan Persib Bandung, Tulis Pesan Menyentuh Ini
-
Ong Kim Swee Sudah Hubungi Saddil Ramdani, Persib Ditikung Persis Solo?
Terkini
-
9 WNA Dideportasi Imigrasi Batam gegara Salahgunakan Izin Tinggal
-
5 Alasan Mengapa Mobil Rental adalah Pilihan Cerdas untuk Liburan Anda
-
Inilah 5 Kebiasaan yang Membuat Tagihan Listrik Bisa Bengkak!
-
Mantri Perempuan BRI Ini Refleksikan Semangat Kartini: Tanpa Lelah Berdayakan Pengusaha Mikro
-
Rayakan Hari Kartini, BRI Perkuat Komitmen pada Kesetaraan Gender, Berdayakan Kaum Perempuan