SuaraBatam.id - Belum selesai wabah virus corona di muka bumi, saat ini manusia kembali dihantui virus nipah, yang oleh para peneliti dianggap jadi ancaman baru di Asia.
Kekinian, ahli virus asal Thailand di Red Cross Emerging Infectious Disease-Health Science Centre tengah mempelajari soal seberapa besar potensi virus Nipah jadi pandemi berikutnya di Asia.
Analisa sampel dari sejumlah hewan seperti kelelawar menunjukkan, virus ini mengancam keselamatan sama halnya virus corona. Tingkat kematian virus nipah mencapai 40-75 persen.
"Ini sangat mengkhawatirkan karena belum ada obatnya dan tingkat kematian yang tinggi akibat virus ini," katanya dikutip dari Batamnews (jaringan Suara.com).
Baca Juga:Fakta dan Gejala Virus Nipah, yang Jadi Ancaman Pandemi Baru
Pada umumnya, virus nipah muncul dalam jangka waktu 4 hingga 14 hari usai terinfeksi. Sejumlah gejala seperti sakit kepala dan demam bisa terjadi selama 14 hari.
Namun, dalam beberapa kasus bahkan bisa menimbulkan gejala lain hingga menyebabkan kematian. Melansir dari laman resmi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Amerika Serikat (AS), berikut gejala umum virus nipah,
Gejala ringan:
Demam
Baca Juga:Virus Nipah Diprediksi Jadi Pandemi Baru, Sudah Masuk Indonesia?
Sakit kepala
Batuk
Sakit tenggorokan
Sulit bernapas
Muntah
Gejala parah:
Disorientasi, mengantuk, atau kebingungan
Kejang
Koma
Pembengkakan otak (ensefalitis)
Kematian
Melansir dari laman resmi Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), meski mematikan virus nipah dapat dihindari dengan sejumlah cara, berikut diantaranya:
Mencuci tangan secara teratur menggunakan sabun dan air
Hindari kontak dengan kelelawar atau babi yang sakit
Hindari area tempat kelelawar biasanya bertengger
Hindari konsumsi nira kurma mentah
Hindari konsumsi buah-buahan yang mungkin terkontaminasi oleh kelelawar
Hindari kontak dengan cairan tubuh siapa pun yang diketahui terinfeksi NiV (virus Nipah)
Menggunakan sarung tangan sesuai rekomendasi kesehatan saat menangani hewan yang sakit.