Dalam ruangan berukuran besar itu, kembali terdapat jalan sempit menanjak yang di bagian kirinya terdapat pintu masuk ke ruang berbentuk kerucut, "sumur doa".
Pada dinding ruang tersebut tertera ribuan nama korban jiwa dan di puncak kerucut terdapat penutup tembus cahaya dengan tulisan huruf Arab "Allah".
"ini melambangkan bahwa para korban yang tidak dapat selamat dari tsunami kini sudah kembali kepada Allah," ujar pemandu museum.
Pemandangan pengunjung yang menengadah tangannya, sembari berdoa dengan lirih jadi pemandangan biasa di spot ini.
Baca Juga:Tsunami Aceh 2004 dan Banten 2018 terjadi Pada Bulan Desember
Perempuan yang kehilangan putra-putrinya itu terlihat tercenung dan matanya berkaca-kaca saat ia melangkah keluar dari ruang tersebut.
Ridwan Kamil, yang kini menjabat sebagai Gubernur Jawa Barat, adalah arsitek yang merancang museum itu setelah memenangkan lomba yang turut diikuti arsitek seluruh dunia.
Secara klise, bangunan itu mirip dengan sosok sebuah perahu, alat transportasi yang banyak dikaitkan dengan bencana tsunami, mengingat banyak kapal yang terdampar jauh ke pedalaman dan beberapa di antaranya bagikan "perahu Nabi Nuh" menyelamatkan para penumpangnya.
Namun, konon, bangunan tersebut terilham dari bangunan khas Aceh.
Keluar dari ruang kerucut, jalan menanjak berlanjut, mengitari kerucut itu, sebagai lambang bagi para penyintas yang masih harus berjuang untuk menyelamatkan diri, keluar dari pusaran air.
Baca Juga:Tsunami Besar Sering Terjadi di Akhir Tahun dan Awal Tahun
Di ujungnya terpampang ruang yang terang dan luas, atap gantung di langit-langit tembus pandang, berbentuk menyerupai kapal, tempat bendera-bendera dari sejumlah negara tergantung dengan tulisan "damai" dalam berbagai bahasa.