Penelitian Ungkap Gen Manusia Purba Ini Lebih Beresiko Tertular Covid-19

Neanderthal merupakan anggota genus Homo yang telah punah dan berasal dari Zaman Pleistosen.

M Nurhadi | Lintang Siltya Utami
Jum'at, 02 Oktober 2020 | 09:33 WIB
Penelitian Ungkap Gen Manusia Purba Ini Lebih Beresiko Tertular Covid-19
Ilustrasi DNA (Pixabay)

SuaraBatam.id - Sebuah penelitian yang dirilis Nature mennyebut, bentangan DNA Neanderthal yang diwarisi di tubuh manusia zaman ini meningkatkan potensi tertular virus corona menjadi lebih besar.

Sebagai informasi, Neanderthal merupakan anggota genus Homo yang hidup di Zaman Pleistosen. Spesimennya ditemukan di Eurasia, dari Eropa Barat hingga Asia Tengah dan Utara.

Beberapa faktor diketahui meningkatkan peluang seseorang terinfeksi Covid-19 yang parah, mulai dari usia, gaya hidup, hingga genetika.

Belum lama ini, sebuah penelitian mengungkapkan bahwa segmen DNA yang ditemukan pada kromosom 3 terkait erat dengan risiko rawat inap dan gagal pernapasan yang lebih tinggi setelah terinfeksi Covid-19.

Baca Juga:Penelitian Terbaru, Asi Dapat Lindungi Bayi dari Infeksi Covid-19?

Seorang pengunjung melihat "El Neandertal Emplumado", rekaan wajah spesies manusia purba Neanderthal yang hidup sekitar 50.000 tahun silam di Bumi karya ilmuwan Italia, Fabio Fogliazza (AFP/Cesar Manso).
Seorang pengunjung melihat "El Neandertal Emplumado", rekaan wajah spesies manusia purba Neanderthal yang hidup sekitar 50.000 tahun silam di Bumi karya ilmuwan Italia, Fabio Fogliazza (AFP/Cesar Manso).

Kemudian melalui penelitian paling baru, para ilmuwan di Max Planck Institute for Evolutionary Anthropology memaparkan bahwa cluster gen ini sangat mirip dengan sekuens DNA yang ditemukan dalam genom Neanderthal berusia 50.000 tahun yang ditemukan di Kroasia.

Penemuan ini mengindikasikan varian gen kemungkinan besar diturunkan ke manusia melalui kawin silang prasejarah dengan Neanderthal.

Varian genetik sangat umum di antara orang-orang di Asia Selatan, di mana sekitar setengah dari populasi membawa gen tersebut. Sekitar satu dari enam orang membawa varian di Eropa, tetapi tidak ada di Afrika dan Asia Timur.

Namun, meskipun ada risiko tinggi terkena Covid-19 pada orang yang memiliki potongan DNA Neanderthal ini, belum ada petunjuk mengapa varian genetik membuat orang tersebut lebih berisiko.

"Ternyata varian gen ini diwarisi oleh manusia modern dari Neanderthal ketika mereka kawin sekitar 60.000 tahun yang lalu. Saat ini, orang yang mewarisi varian gen ini tiga kali lebih mungkin membutuhkan ventilasi buatan jika mereka terinfeksi oleh Covid-19," kata Hugo Zeberg, penulis utama dari Max Planck Institute for Evolutionary Anthropology.

Baca Juga:Penelitian Terbaru: Organ Babi Bisa Ditransplantasikan ke Manusia?

Dilansir dari IFL Science, Jumat (2/10/2020), manusia modern atau Homo sapiens dan Neanderthal memiliki nenek moyang yang sama kira-kira setengah juta tahun yang lalu.

Pada zaman manusia masa lalu memutuskan untuk melakukan perjalanankeluar dari tanah airnya di Afrika dan berhasil mencapai Eurasia, mereka bertemu dengan Neanderthal dan kawin secara luas satu sama lain bersama hominin purba lainnya.

Ilustrasi virus corona. [Shutterstock]
Ilustrasi virus corona. [Shutterstock]

Penyebaran ini merupakan petunjuk pengaruh genetik dari hominid lain masih dapat ditemukan dalam DNA sebagian besar populasi manusia modern, terutama orang-orang keturunan Eropa dan Asia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini