Scroll untuk membaca artikel
Eliza Gusmeri
Rabu, 28 September 2022 | 14:49 WIB
Par Haw Villa [antara]

Setelah asyik menyaksikan film dokumenter sebagai pengantar sebelum memasuki area museum, para pengunjung dipersilahkan untuk keluar ruangan studio dan segera memasuki museum.

Dalam museum tersebut, terdapat kurang lebih 1.000 patung dan 150 diorama yang menggambarkan adegan nyata dari karya sastra Tionghoa nan legendaris seperti Journey To The West, Madame White Snake, dan kisah Eight Immortals.

Dari pintu awal, kita akan disuguhkan dengan berbagai perlakukan dan juga penyiksaan di berbagai neraka yang mereka percayai dari neraka pertama hingga neraka yang ke-10.

Dengan berbagai pembalasan dari apa yang pernah dilakukan di kehidupan sebelumnya. Misal, seorang yang semasa hidupnya sering membunuh untuk mencuri harta maka orang tersebut akan masuk dalam area neraka ke-5 dan akan mendapat siksaan tubuhnya dilempar ke bukit yang di bawahnya terdapat pisau yang tajam.

Selain itu, banyak berbagai gambaran yang menyeramkan akan penyiksaan di neraka yang mereka percayai.

Baca Juga: Kapan Maulid Nabi Muhammad 2022? Catat Tanggal Dan Amalannya

Semua tergambar dengan jelas sehingga tidak hanya melihat berbagai ornamen ilustrasi melainkan memberikan kita kesabaran untuk menjadi pribadi yang lebih baik di kehidupan saat ini.

"Saya jadi berpikir, apakah kehidupan yang akan mendatang akan seperti ini, apakah sebenarnya begini atau tidak. Setidaknya, dengan melihat ini semua kita akan disadarkan untuk menjadi manusia yang lebih baik terhadap sesama," kata pengunjung asal Malaysia, Hazman Hilmi yang datang bersama sahabatnya.


Sejarah Haw Par Villa

Sebagai informasi, Haw Par Villa dulunya dikenal sebagai Tiger Balm Gardens. Dibangun dengan penuh rasa cinta oleh pengusaha kelahiran Myanmar, Aw Boon Haw, untuk saudaranya, Aw Boon Par, taman ini dinamai Tiger Balm balsem medis yang diracik oleh ayah mereka.

Setelah dibangun tahun 1937, area vila ini dibuka untuk umum, merefleksikan kecintaan Boon Haw yang mendalam akan budaya dan mitologi Tionghoa. Boon Haw mengawasi seniman yang menciptakan diorama asli di taman ini, dengan harapan penggambaran nilai tradisional di taman ini akan memberikan penuntun moral bagi masyarakat.

Baca Juga: Jangan Anggap Enteng, Curacao Pernah Jadi Lawan Terberat Amerika Serikat

Ketika perang berkecamuk, keluarga Aw melarikan diri dari Singapura ke Yangon (dulu dikenal dengan Rangoon). Taman digunakan sebagai titik pengamatan oleh tentara Jepang, dan beberapa tahun setelah perang usai Aw Boon Haw kembali ke Singapura, lalu membangun kembali taman ini.

Load More