
SuaraBatam.id - Kebiasaan bangun pagi mungkin sulit bagi segelintir orang. Padahal menurut ahli, bangun bagi membawa pengaruh baik pada kesehatan fisik dan mental, sehingga bisa mengurangi masalah depresi.
Sebuah penelitian di Amerika Serikat pernah meneliti kaitan antara pola tidur dan depresi.
Dalam penelitian tersebut, orang yang rutin bangun pagi berisiko lebih rendah 12-27 persen terkena depresi dibandingkan dengan yang tak rutin bangun pagi.
Sedangkan, orang yang terbiasa tidur terlalu malam dan bangun siang berisiko 6 persen lebih tinggi memiliki gangguan suasana hati (mood disorder) dibandingkan dengan orang yang tak rutin bangun siang.
Kenaikan sebesar 6 persen ini dinilai tidak terlalu signifikan. Sehingga pengaruh pola tidur terhadap risiko depresi kemungkinan tak hanya ditentukan dari faktor seperti gaya hidup dan lingkungan.
Tapi faktor lain, seperti genetik dan jumlah paparan cahaya yang diterima seseorang juga bisa memengaruhi pola tidur yang memicu depresi.
Bahkan tak hanya depresi, orang yang tidur lebih larut dan bangun lebih siang juga memiliki kecenderungan untuk hidup seorang diri dan tak menikah.
Meski begitu, tak selamanya orang yang bangun siang pasti terkena depresi. Hanya saja, rajin bangun pagi memang memiliki banyak manfaat untuk kesehatan.
Agar bisa mendapat manfaat bangun pagi, bisa coba untuk mulai tidur yang cukup, yaitu 7-8 jam per hari. Selain itu, redupkan lampu saat malam hari dan dapatkan paparan cahaya sebanyak mungkin di siang hari.
Baca Juga: Meluruskan 5 Mitos tentang Depresi yang Masih Banyak Dipercaya Orang
Pola tidur sebagai gejala depresi
Tak hanya berperan sebagai faktor risiko, beberapa pola tidur juga bisa dilihat sebagai gejala depresi. Nah, kalau kamu merasa lebih sulit tidur dari sebelumnya, bisa jadi ini merupakan gejala depresi yang perlu diwaspadai.
Pasalnya kesulitan tidur selama beberapa malam umumnya bukan suatu masalah, terutama kalau sering merasakan stres. Namun, bila kondisi tersebut terjadi tanpa sebab tertentu, maka perlu waspada.
Selain itu, terlalu banyak tidur juga bisa dilihat sebagai suatu gejala depresi. Kalau kamu terlalu banyak tidur, yakni sekitar 8 jam sehari dan merasakan suasana hati yang buruk atau sedih setiap saat, kamu perlu mewaspadai ini sebagai suatu gejala depresi.
Berita Terkait
-
'Gangguan Jiwa' COVID-19: Riset Ungkap Tekanan Mental Akibat Kesepian saat Pandemi
-
Belajar dari Kisah Ibunda Reza Gladys: Kenali 8 Gejala Depresi Berat yang Tak Boleh Diabaikan
-
Kenali Tanda Depresi Ringan pada Remaja dan Cara Menghadapinya
-
Ulasan Buku The Comfort Book, Kiat Melalui Badai Depresi ala Matt Haig
-
Ulasan Buku Mereka Bilang Aku Malas: Penyakit yang Menghambat Produktivitas
Terpopuler
- Dukung Pertumbuhan Ekosistem Kecantikan dan Fashion, BRI Hadirkan BFF 2025
- Kantornya Dikepung Ribuan Orang, Bupati Pati Sudewo: Saya Tak Bisa Dilengserkan
- 5 Rekomendasi Moisturizer Anti Aging Wardah agar Wajah Bebas Flek Hitam dan Glowing
- Eks Menteri Agama Gus Yaqut Dicekal Terkait Korupsi Haji! KPK Ungkap Fakta Mengejutkan
- Benarkah Bupati Pati Sudewo Mundur? Ini Fakta Surat Pengunduran Diri Viral dari Demonstran!
Pilihan
-
80 Tahun Kemerdekaan RI: Lapangan Kerja Kurang, 7 Juta Nganggur, 70 Juta Bekerja Tanpa Jaminan!
-
Core Indonesia: 80 Tahun Merdeka, Indonesia Masih Resah soal Kondisi Ekonomi
-
Efisiensi Anggaran jadi Bumerang, Kenaikan PBB Bikin Warga Pati Hingga Cirebon Berang
-
Kenaikan PBB 250 Persen Bikin Warga Pati Ngamuk, Kebijakan Efisiensi Anggaran Disebut Biang Keroknya
-
Daftar Daerah yang Naikkan PBB Gila-gilaan: Amuk Warga Pati Jadi Puncak Gunung Es
Terkini
-
Semangat Kemerdekaan, BRI Peduli Gelar Literasi untuk Anak Negeri
-
Daftar Harga Produk Tecnifibre Terbaru 2025
-
BFF 2025 Hadirkan Kolaborasi Fashion, Kecantikan, dan Fragrance untuk Dorong Ekonomi Kreatif
-
BRI Buka BFLP 2025, Peluang Emas Tingkatkan Karier Sesuai Passion
-
Ribuan Pekerja Migran Hadiri Peresmian BRI Taipei sebagai Mitra Finansial Tanah Air