Scroll untuk membaca artikel
M Nurhadi
Senin, 16 Agustus 2021 | 22:26 WIB
Ilustrasi ibu menyusui bayi. (Shutterstock)

SuaraBatam.id - Ibu hamil dan menyusui jadi salah satu kelompok yang berisiko terpapar virus dan bergejala berat, sehingga dianggap harus menerima vaksin Covid-19.

Saat ini, pemerintah melalui pihak terkait sudah menyiapkan vaksin COVID-19 merk Pfizer dan Moderna serta vaksin platform inactivated Sinovac untuk ibu menyusui.

Dosis pertama akan diberikan pada trimester kedua kehamilan atau usia kandungan 13 minggu dan dosis kedua akan dilakukan sesuai dengan interval dari jenis vaksin.

Pemberian vaksin bagi ibu hamil merujuk pada Surat Edaran Kementerian Kesehatan Nomor HK.02.01/I/2007/2021.

Baca Juga: Dampak Pandemi Covid-19, Ganjar Pranowo Sebut Ada 7.756 Jadi Anak Yatim Piatu

Dengan SE tersebut, kegiatan vaksinasi bagi ibu hamil akan dimasukkan dalam kriteria khusus sehingga proses skrining atau penyaringan vaksinasi tersebut dilakukan secara lebih detail dibanding kriteria lain.

Tidak hanya itu, Kemenkes juga turut melampirkan format data untuk melakukan skrining pada peserta vaksinasi.

Monitoring juga dilakukan guna melihat efek samping yang muncul dari pemberian vaksin COVID-19 kepada ibu hamil.

Berkaitan dengan kesehatan ibu hamil dan menyusui selama wabah, Dosen dari Departemen Gizi Kesehatan Fakultas Kedokteran Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada Dr. Siti Helmiyati nenyebut, makanan lokal memiliki kemampuan untuk mencegah kurang gizi dan stunting.

“Di mana di sini beragam teknik memasak kemudian rempah yang digunakan dan budaya-budaya makan yang ada, jadi makan tidak hanya untuk mencegah lapar dan kesehatan, tetapi juga untuk menunjukkan identitas bangsa dan budaya. Terkait untuk pencegahan stunting kita kembali kepada prinsip makanan beragam,” kata Siti dalam "Menu Sehat Dashat: Ragam Menu Dapur Sehat Atasi Stunting di Kampung Keluarga Berkualitas" secara daring di Jakarta, Jumat.

Baca Juga: Waduh, Menkeu Sri Mulyani Bilang Covid-19 Bakal Jadi Endemi Tahun Depan

Berdasarkan penelitian di Myanmar, untuk menyusun rekomendasi makanan pendamping berbasis pangan lokal, Siti mengatakan pangan lokal seperti hati ayam, ikan teri, roeseloe leaves berpotensi mencegah difisiensi zat Ca, Zn, Fe, Niasin dan folat untuk anak usia 12 sampai 23 bulan.

“Jadi mereka memberikan rekomendasi makanan pendamping berbasis pangan lokal yang berpotensi mencegah masalah gizi baduta. Akan tetapi, tetap perlu pertimbangan fortifikasi untuk memastikan anak memperoleh seluruh kebutuhan gizinya ya,” pungkasnya.

Load More