Scroll untuk membaca artikel
M Nurhadi
Jum'at, 04 Juni 2021 | 09:58 WIB
Dian Sastrowardoyo [Instagram]

SuaraBatam.id - Komedian Arie Kriting menyuarakan aspirasinya terkait keresahan kawan-kawan dari Papua terkait kabar pemilihan Nagita Slavina sebagai Duta PON XX Papua.

Dalam unggahannya, Arie Kriting menyebutkan ada banyak perempuan Papua yang layak menjadi Duta atau Ikon PON XX Papua. Beberapa di antaranya adalah Nowela, Lisa Rumbewas, Putri Nere, dan Monalisa Sembor.

Melalui kolom komentar unggahan terbarunya tersebut, pesohor perempuan Indonesia, Dian Sastrowardoyo juga turut menanggapi keputusan tersebut.

Dian mengatakan bahwa tidak ada masalah dengan Nagita Slavina, Namun ia kemudian menyebut sebaiknya sosok perempuan Papua yang mewakili PON XX Papua.

Baca Juga: Nagita Slavina Diprotes Pakai Baju Adat Papua, Ruri Repvblik Ditawar Sejenis

"Nagita itu teman saya, tapi Indonesia itu warna-warni. Sudah waktunya saudara-saudara Papua terwakili," tulis Dian Sastrowardoyo di kolom komentar unggahan Instagram Arie.

Arie Kriting [Suara.com/Evi Ariska]

Meski pendapatnya tersebut mendapatkan sambutan baik dari warganet. Nampaknya tidak semua mengomentari poin utama dari pendapat Dian. Para netizen langsung mencibir Dian dan menganggap Dian sok akrab dengan Nagita Slavina.

"Dia hanya ngaku ngaku akrab," komentar netizen, melansir Matamata.com (jaringan Suara.com).

Tidak hanya sekali, belakanganArie Kriting memang tengah gencar menyampaikan keresahannya terkait Duta PON XX Papua

 Arie Kriting mengatakan bahwa aspirasi yang disampaikan olehnya dan teman-teman di Papua merupakan bentuk perjuangan demi kehadiran perempuan Papua di event berskala Nasional.

Baca Juga: Nagita Slavina Disebut Lakukan Apropriasi Budaya dan Berita Terpopuler Lainnya

"Aspirasi kami adalah untuk memperjuangkan kehadiran Perempuan Papua di event Nasional yang digelar di tanah mereka. Baik sebagai ikon mau duta, apa pun istilahnya yang terutama adalah representasi itu ada. Hal ini bisa menghindarkan bangsa kita dari sikap Kultural Apropriasi, karena tidak menghadirkan perempuan Papua dengan gambaran yang jelas," tulis Arie Kriting.

Load More