SuaraBatam.id - Dosen IPB University dari Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Dr Jonson Lumban Gaol menjelaskan, teknologi satelit dapat mengurangi praktik pencurian ikan di Natuna.
"Kita bisa melakukan pengawasan dengan berbagai metode, seperti metode non-konvensional dengan teknologi satelit," ujar Jonson Lumban Gaol, Selasa (1/6/2021).
Menurutnya, ada beberapa teknologi yang telah digunakan untuk memonitoring kapal di dunia, antara lain automatic identification system (AIS) dan vessel monitoring system (VMS).
Ia melanjutkan, dapat juga menggunakan teknologi setelit dari sensor optical imagery, night-ime optical imagery dari instrumen Visible Infrared Imaging Radiometer Suite (VIIRS) dan Sybtetic Aperture Radar (SAR).
Pemanfaatan teknologi satelit ini dimaksudkan untuk memantau kapal ikan yang tidak menyiarkan posisinya, baik melalui AIS maupun VMS dan berada pada mode gelap (dark) dalam sistem pemantauan publik.
"Sebagian besar kapal-kapal ikan di Indonesia itu tidak menyiarkan posisinya dan berada dalam kondisi gelap dalam sistem pemantauan publik," katanya.
Dengan bantuan teknologi satelit, kapal-kapal penangkap ikan dapat termonitor secara aktual. Teknologi satelit juga dapat memantau kapal yang mematikan sinyal dari AIS dan VMS-nya.
Ia mengatakan satelit dengan instrumen VIIRS dapat memantau kapal ikan yang menghidupkan lampu penerangan saat melakukan operasi penangkapan pada malam hari.
Ia menjelaskan, biasanya kapal penangkap ikan itu menyasar komoditas cumi-cumi dan ikan yang memiliki sifat fototaksis positif atau menyukai cahaya.
Baca Juga: Nelayan di Aceh Empat Hari Tak Melaut Gegara Cuaca Ekstem
Jonson menyebut kapal-kapal penangkap ikan biasanya beroperasi pada malam hari, sehingga pengawasan dengan metode konvensional seperti patroli akan sulit dilakukan terutama jika tidak ada fasilitas dan sumber daya manusia yang memadai.
Sehingga, Jonson menyarankan supaya melakukan pemantapan sistem pengawasan kapal-kapal ikan di perairan Indonesia dengan mengintegrasikan teknologi yang ada.
"Integrasi teknologi ini perlu dilakukan, karena masing-masing metode mempunyai kelebihan dan kekurangan," katanya.
Meskipun telah mengintegrasikan teknologi dan metode, Jonson menyebut perlu adanya dukungan dalam pengembangan armada penangkapan ikan, khususnya bagi nelayan Indonesia di perbatasan.
"Kapal-kapal perikanan itu, selain melakukan usaha menangkap ikan, juga menjadi penjaga perairan Indonesia," tuturnya.
Nelayan Indonesia di perbatasan Natuna berdasarkan data satelit, lanjut dia, lebih sedikit jika dibandingkan nelayan dari Malaysia dan Vietnam.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Ban Motor Anti Slip dan Tidak Cepat Botak, Cocok Buat Ojol
- 5 Mobil Bekas Senyaman Karimun Budget Rp60 Jutaan untuk Anak Kuliah
- Jordi Cruyff Sudah Tinggalkan Indonesia, Tinggal Tandatangan Kontrak dengan Ajax
- 5 Shio yang Diprediksi Paling Beruntung di Tahun 2026, Ada Naga dan Anjing!
- 5 Sabun Cuci Muka Wardah untuk Usia 50-an, Bikin Kulit Sehat dan Awet Muda
Pilihan
-
6 Rekomendasi HP Rp 3 Jutaan Terbaik Desember 2025, Siap Gaming Berat Tanpa Ngelag
-
Listrik Aceh, Sumut, Sumbar Dipulihkan Bertahap Usai Banjir dan Longsor: Berikut Progresnya!
-
Google Munculkan Peringatan saat Pencarian Bencana Banjir dan Longsor
-
Google Year in Search 2025: Dari Budaya Timur hingga AI, Purbaya dan Ahmad Sahroni Ikut Jadi Sorotan
-
Seberapa Kaya Haji Halim? Crazy Rich dengan Kerajaan Kekayaan tapi Didakwa Rp127 Miliar
Terkini
-
Angkat Kearifan Lokal, Menu MBG di Kepri Pakai Makanan Tradisional
-
Operasi Zebra 2025 di Kepri Optimalkan ETLE, Berikut Deretan Lokasinya
-
Update Harga Emas Antam Hari Ini, Turun Menjadi Rp2,322 Juta per Gram
-
Pencuri yang Beraksi di 50 Lokasi Dibekuk
-
Adu Kuat Dua Nama Menuju Kursi Ketua DPC NasDem Batam