Game Agar Pelajaran Sejarah Menarik
Sejarah jadi latar belakang idenya menciptakan permainan ini. Ia ingin sejarah tidak lagi membosankan bagi para siswa.
"Selama ini medianya pasti buku apalagi guru sejarah pasti bosenin banget kan. Kalau ini kami pakai dunia anak. Jadi mereka main game di situ mereka sambil belajar. Karena mereka sudah pakai hp terus, kita juga harus adaptasi dengan teknologi sehingga muncul tadi AR dan VR," tuturnya.
Sutasoma melibatkan dua tim berisi maksimal tiga orang pemain. Permainan akan terus berlangsung hingga kartu di deck yang tersedia itu habis.
Setiap ronde akan ada pemain yang mendapat token “Sutasoma” sebagai penanda bahwa yang bersangkutan memiliki tugas untuk membuka kartu harta. Kartu harta inilah yang bakal diperebutkan oleh setiap tim yang bermain.
Kartu harta tersebut yang juga menjadi poin di akhir permainan Sutasoma ini. Jika memang salah satu tim bisa meletakkan kartu harta itu di kartu misi yang sesuai maka tim yang memiliki lebih tinggi dinyatakan sebagai pemenang.
Sutasoma dapat dimainkan oleh rentan usia minimal anak 7 tahun ke atas. Dengan melibatkan dua sampai enam pemain.
Durasi permainan pun juga akan tergolong singkat yakni estimasi hanya 15 menit saja dalam sekali main. Menurut Rizky, selain digunakan sebagai edukasi game Sutasoma juga memang bertujuan sebagai hiburan anak-anak.
Setiap materi yang disediakan itu meliputi lima hal telah disebutkan di awal tadi yakni terkait Candi Borobudur, Candi Prambanan dan Candi Ratu Boko. Serta kisah tentang Roro Jonggrang dan Ramayana.
Baca Juga: Di Ubud, Sandiaga Uno Sajikan Gado-gado dan Ketoprak untuk Dubes Hungaria
Di dalam materi itu akan terdapat sejumlah penjelasan mengenai hal-hal dari tempat dan kisah sejarah tadi. Semisal dengan kisah Rama atau Sinta di dalam Ramayana, hingga sejarah pembuatan candi hingga tata letaknya.
Secara lebih sederhana, jika memang ada turis yang datang akan mendapatkan kartu tersebut. Kemudiam yang bersangkutan tinggal scan saja melalui ponsel masing-masing.
Sutasoma masih menantikan investor agar bisa launching hingga dikenal lebih banyak orang.
Sutasoma dan Bhinneka Tunggal Ika
Terkait pemilihan nama Sutasoma, awalnya bukanlah ide pertama. Ia akhirnya memilih Sutasoma karena dianggap ramah di telingan Indonesia.
"Jadi awalnya dulu arkeologi, cuma ngomongnya susah. Cuma kalau Sotasoma ini akhirnya mudah diucapkan dan gampang ditulis," kata pria yang juga merupakan salah satu dosen di Universitas Amikom Yogyakarta itu.
Berita Terkait
-
Menparekraf Gandeng Baim Wong-Yudist Ardhana untuk Anugerah Desa Wisata
-
Sejak Kalahkan Ahok, Ini 7 Pejabat DKI yang Mundur di Era Anies, Termasuk Sandiaga
-
Teknologi AI Ini Bisa Deteksi Emosi Warga Uighur di Xinjiang
-
Distribusi Kunci Kuantum, Teknologi Transfer Data secara Aman dan Anti-Sadap
-
Di Ubud, Sandiaga Uno Sajikan Gado-gado dan Ketoprak untuk Dubes Hungaria
Terpopuler
- 5 Body Lotion dengan Kolagen untuk Usia 50-an, Kulit Kencang dan Halus
- 8 Bedak Translucent untuk Usia 50-an, Wajah Jadi Flawless dan Natural
- Sepatu On Cloud Ori Berapa Harganya? Cek 5 Rekomendasi Paling Empuk buat Harian
- 6 Sabun Cuci Muka dengan Kolagen agar Kulit Tetap Kenyal dan Awet Muda
- Pemain Keturunan Jerman Ogah Kembali ke Indonesia, Bongkar 2 Faktor
Pilihan
-
Hasil SEA Games 2025: Mutiara Ayu Pahlawan, Indonesia Siap Hajar Thailand di Final
-
Stok BBM Shell Mulai Tersedia, Cek Lokasi SPBU dan Harganya
-
Kekuatan Tersembunyi Mangrove: Bisakah Jadi Solusi Iklim Jangka Panjang?
-
Orang Pintar Ramal Kans Argentina Masuk Grup Neraka di Piala Dunia 2026, Begini Hasilnya
-
6 Rekomendasi HP Rp 3 Jutaan Terbaik Desember 2025, Siap Gaming Berat Tanpa Ngelag
Terkini
-
Angkat Kearifan Lokal, Menu MBG di Kepri Pakai Makanan Tradisional
-
Operasi Zebra 2025 di Kepri Optimalkan ETLE, Berikut Deretan Lokasinya
-
Update Harga Emas Antam Hari Ini, Turun Menjadi Rp2,322 Juta per Gram
-
Pencuri yang Beraksi di 50 Lokasi Dibekuk
-
Adu Kuat Dua Nama Menuju Kursi Ketua DPC NasDem Batam